Klub paling produktif adalah Madura United dan Sriwijaya yang sama-sama mencetak 27 gol dari 17 laga. Yang paling mandul adalah Persija yang hanya mengemas 10 gol.
Klub paling kokoh pertahanannya adalah Arema Cronus. Hamka Hamzah yang memimpin daerah pertahanan Arema hanya kemasukan 8 gol. Sedangkan Persegres paling banyak kebobolan, yakni 32 gol. Klub dengan selisih gol terbanyak adalah Sriwijaya dengan plus 14 dan tersedikit adalah Persegres dengan minus 14.
Dari daftar pencetak gol terbanyak, 5 besar top skor semua diborong pemain asing yakni Luis Carlos Junior dari Barito Putra dengan koleksi 12 gol, Marcel Silva Sacramento (Semen Padang 11 gol), Â Rodrigues Aracil Pablo (Madura United 11 gol) Alberto Gonzalves (Sriwijaya 8 gol) dan Shohei Matsunaga (Persiba 8 gol).
Setelah itu baru muncul nama striker lokal yakni  Boaz Solossa dari Persipura dan Ferdinan Sinaga dari PSM yang sama-sama mencetak 7 gol. Sepertinya kita lagi krisis penyerang lokal, dan kader baru dari pemain muda juga belum terlihat.
Mengingat kembali minimnya persiapan banyak klub karena ketidakpastian kompetisi akibat pembekuan PSSI, maka hasil di atas tergolong baik, meski kepemimpinan wasit sering diprotes pemain dan anarkisme penonton masih saja terjadi. Di putaran kedua tentu kita berharap terjadi peningkatan mutu kompetisi, yang pada gilirannya mampu berkontribusi bagi terciptaya timnas Indonesia yang tangguh.