Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"[LOMBAPK] Tiga Dara, Asyiknya Menonton Film Lama"

15 Agustus 2016   07:20 Diperbarui: 15 Agustus 2016   08:00 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya membaca di Kompas Minggu (14/8) bahwa biaya untuk merestorasi film ini lebih kurang Rp 3 miliar. Walaupun sudah menghemat dibanding perkiraan semula yang sekitar Rp 5 miliar,  angka ini masih sangat besar, tidak beda jauh dengan biaya membuat film baru. Tapi hasil kerja proyek idealis ini sungguh patut mendapat apresiasi tinggi. Andaipun secara komersial biaya tersebut tidak tertutupi dari pemasukan penonton, nilai sejarahnya dan manfaat intangible-nya tidak ternilai. 

Bayangkan betapa sulitnya untuk bisa merestorasi film lama. Untuk case Tiga Dara, seperti ditulis Kompas, proses pembersihan dan reparasi fisik dilakukan menggunakan mesin pembersihan ultrasonik dan kimia berkali-kali. Pembersihan juga dilakukan secara manual menggunakan tangan reel per reel karena kondisi film yang cukup parah. Setelah pembersihan jamur, dilakukan perbaikan perforasi, lalu merangkai kembali frame yang robek, pecah, dan sebagainya. Sementara digitalisasi gambar dan audio dilakukan menggunakan wetgate, sekaligus dijaga secara manual karena banyak bagian yang sudah mengerut. Audio digitalisasi dari pita magnetik menggunakan pemindai laser. Setelah itu dilakukan perbandingan dari satu copy ke copy lain untuk mendapatkan rangkaian materi paling maksimal sebagai bahan dasar memulai proses restorasi digital.

Mudah-mudahan terhadap film jadul lainnya yang tak kalah bermutu, ada pihak lain yang berani berkorban untuk merestorasi. Film jadul meski dibuat dengan teknologi seadanya, tapi mutu penyutradaraannya serta jalinan cerita yang diangkat sangat memikat, dalam arti lebih bernilai ketimbang kebanyakan film masa kini yang menonjolkan aspek kelucuan, kekerasan, horor, atau sensualitas semata.

Hal ini sekaligus menjadi masukan bagi institusi yang berkaitan dengan perfilman untuk lebih peduli dalam memelihara arsip film. Tentu juga perlu biaya untuk pengarsipan ini, namun pasti jauh lebih hemat daripada membiarkan film itu rusak dan merestorasinya. Sebagai industri kreatif, diharapkan Badan Ekonomi Kreatif, institusi baru yang dibentuk Presiden Joko Widodo, bisa menjadi koordinator hal tersebut sebagai salah satu program kerjanya. Pada saatnya nanti, film yang dibuat di era sekarang pun, juga akan menjadi sejarah bagi anak cucu kita.

[caption caption="Poster film Tiga Dara"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun