Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kreatifnya Pedagang Makanan di Jalan Kecil

9 Agustus 2016   07:17 Diperbarui: 9 Agustus 2016   07:34 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini, setiap hari kerja, saya meninggalkan rumah jam 6 pagi dan rata-rata sampai lagi di rumah jam 6 sore. Saat berangkat saya melihat beberapa pedagang makanan menyiapkan tenda kecil di pinggir taman di depan jalan kecil tempat tinggal saya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

Di samping itu, ada pedagang makanan yang pakai gerobak dorong. Ada pula yang memajang makanan di teras rumah yang disulap jadi restoran dengan kapasitas dua meja  untuk enam sampai delapan orang.

Sedangkan di sepanjang jalan utama, yakni Jalan Tebet Raya, saya kira publik Jakarta sudah banyak yang mengetahui adanya banyak restoran yang berukuran relatif besar. Tebet Raya memang sejak sepuluh tahun terakhir berkembang pesat menjadi tempat nongkrong anak muda seperti di kawasan Kemang.

Jadi maksud saya, di Tebet tersedia makanan untuk segala lapisan. Hanya yang jadi pertanyaan saya selama ini, kalau makanan yang dijual di teras rumah di jalan kecil yang hanya bisa dilewati satu mobil, siapa yang membeli? Toh warga Tebet banyak yang seperti saya, selama jam kerja berada di luar rumah, termasuk ibu-ibunya.

Perlu saya sampaikan perbedaan antara kondisi Tebet dan Kebon Baru yang terletak di seberang Tebet yang dipisahkan oleh rel kereta api sepanjang jalur antara Stasiun Cawang dan Stasiun Tebet.

Kebon Baru adalah kawasan padat penduduk, banyak gang yang hanya muat untuk dilewati motor, penghuninya banyak pekerja informal dan ibu-ibunya kebanyakan tidak bekerja. Sepanjang hari ibu-ibu, anak-anak, juga bapak-bapak yang sedang tidak bekerja atau memang menganggur, ramai kongkow-kongkow.

Dalam situasi seperti, saya bisa memahami bila banyak yang berjualan makanan. Karena sepanjang hari, selalu ramai. Pembelinya ya warga sekitar saja. Anak-anaknya membeli jajanan. Bapak-bapaknya memesan kopi instan sambil merokok. Ibu-ibunya ngerumpi sambil mengunyah makanan.

Namun, di Tebet situasinya berkebalikan. Di hari kerja rumah-rumah tertutup rapat. Tak ada anak-anak berkeliaran. Bapak-ibu bekerja. Anak diurus asisten rumah tangga. Nah, bila ada yang berjualan makanan, awalnya saya tidak paham, siapa yang akan membeli?

Sekarang, di minggu kedua masa pensiun saya, terjawab sudah pertanyaan itu. Ternyata relatif banyak rumah di Tebet yang dikontrak sebagai kantor. Sekilas terlihat seperti rumah biasa, karena tidak ada papan nama. Karyawan di setiap rumah juga sedikit, dan suasananya senyap.

Tapi dengan asumsi ada puluhan rumah yang menjadi kantor, masing-masing dengan sepuluh karyawan, menjadi sasaran bagi pedagang makanan kelas teras rumah itu tadi. Kalau pembeli tidak merasa nyaman makan di tempat, makanan bisa dibungkus untuk dimakan di kantor yang rumah, atau rumah yang kantor tersebut.

Orang yang kreatif dan punya instink bisnis memang jeli menangkap setiap peluang yang ada di depan mata. Pedagang kecil makanan atau pedagang makanan kecil di kawasan Tebet, menurut saya termasuk yang kreatif.

Mudah-mudahan beberapa foto dokumen pribadi saya berikut, mampu menggambarkan kreativitas para pedagang dimaksud.

[caption caption="Gerobak makanan pinggir jalan"][/caption]

[caption caption="Kapasitas 8 tempat duduk"]

[/caption]

[caption caption="Nyempil dengan ukuran amat mini"]

[/caption]

[caption caption="Tempat makan di jalan besar"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun