Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Zainuddin MZ dan Uje Muncul Lagi

28 Juni 2016   09:05 Diperbarui: 28 Juni 2016   10:18 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi pemirsa televisi nasional yang rajin mengikuti ceramah agama di bulan puasa ini tentu mengetahui bahwa materi ceramah dari uztad kondang yang sudah almarhum yakni KH Zainuddin MZ dan juga Uztad Jeffry (Uje) ditayang ulang lagi di salah satu stasiun televisi. Hanya saja saya tidak rutin mengikuti sehingga tidak tahu apakah acara tersebut bersifat temporer atau sudah diagendakan setiap hari atau setiap minggu selama bulan puasa.

Sekadar mengingat kembali, KH Zainuddin MZ dipanggil Allah pada tanggal 5 Juli 2011, sedangkan Uje berpulang ke rahmatullah pada tanggal 26 April 2013. Kedua uztad tersebut boleh disebut sebagai ulama besar. Zainuddin MZ punya julukan "kiai sejuta umat" sedang Uje dijuluki "uztad gaul". Keduanya punya metode ceramah yang gampang dicerna pendengar awam, termasuk dengan menggunakan idiom anak muda.

Jauh sebelum era Zainuddin MZ dan Uje, ulama besar yang kharismatik, Buya Hamka juga punya acara harian "Kuliah Subuh" di Radio Republk Indonesia (RRI) program nasional. Hamka juga menguraikan materi secara populer sesuai dengan masanya di era akhir 60-an sampai 70-an. Hanya saja dipandang dari kacamata sekarang, cara Buya Hamka tergolong serius. Sedangkan Zainuddin MZ lebih ngepop, diselingi guyonan, yang akhirnya ditiru oleh banyak uztad dan uztazah yang sekarang punya acara di televisi. 

Ada kekhawatiran dari sebahagian ulama bahwa bila para uztad lebih banyak memberi porsi pada guyonannya, maka jadi tidak berbeda dengan selebriti lain pada umumnya. Yang diingat pemirsa hanya guyonan itu, bukan pesan moralnya. Tapi dari sisi lain ada yang berpendapat, tanpa guyonan tak kan banyak menarik perhatian, dan pemirsa segera berganti channel.

Nah, dalam hal ini takaran materi inti dan guyonan versi Zainuddin MZ dan Uje seperti yang bisa disimak lagi dari tayangan ulang sebuah stasiun tv, terasa proporsional. Justru diharapkan sekarang muncul lagi pelanjut Zainuddin MZ dan pelanjut Uje yang mampu memberikan jawaban praktis atas persoalan kehidupan saat ini yang semakin kompleks, 

Bahwa ada sebuah stasiun televisi yang membuat acara ajang pencarian bakat penceramah muda dengan format seperti ajang pencarian bakat penyanyi, itu sah-sah saja. Namun pada akhirnya tetap perlu pengkaderan secara konvensional dari berbagai pesantren, yang diperkaya dengan ilmu dan metode yang sesuai dengan perkembangan zaman, dan mampu menyampaikannya kepada audience secara populer.

Tapi yang lebih penting dari itu semua, dakwah sekarang tidak lagi cukup dari berceramah saja, namun perlu dengan aksi nyata, memberi contoh dalam praktek kehidupan sehari-hari. Alhamdulillah sekarang ini marak pengajian berkelompok seperti program one day one juz (ODOJ) yakni membaca dan mempelajari Al Qoran satu juz setiap hari. Zikir bersama juga sama maraknya.

Yang masih perlu peningkatan justru bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sosial. Program aksi yang berujung pada peningkatan ekonomi ummat di level akar rumput yang bersumber dari zakat, infaq dan sedekah, adalah yang paling urgen.

Sedangkan yang perlu dikurangi adalah program pengajian berkelompok yang terjerumus ke arah eksklusif yang hanya melayani kelompok jamaah tertentu saja. Jangan pula satu kelompok memonopoli kebenaran dan cenderung menyalahkan ritual beribadah atau cara menuliskan teks huruf latin dari kitab suci yang dilakukan kelompok lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun