Berbicara tentang pendidikan tinggi di Indonesia, ada sebuah fenomena menarik sejak beberapa tahun terakhir ini, yakni semakin banyak bermunculan apa yang disebut dengan corporate university. Maksudnya, pihak perusahaan skala besar, baik swasta maupun BUMN, by design membangun sebuah universitas sebagai bagian dari strategi menciptakan sumber daya manusia yang handal khususnya untuk kebutuhan  perusahaannya sendiri, atau untuk membangun bangsa Indonesia di masa depan secara umum.
Untuk BUMN sebagai misal, setelah Telkom sukses mendirikan perguruan tinggi di Bandung, PLN dan Pertamina juga telah mendirikan hal serupa, dengan menerima lulusan SMA yang lulus seleksi di berbagai fakultas yang dipunyainya (khusus di PLN adalah Sekolah Tinggi Teknik). Ada pula universitas yang dimiliki Bank Mandiri dan BRI, tapi baru sebatas untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi kalangan internal perusahaan.
Sebelumnya, bisa dikatakan semua perusahaan skala memengah ke atas mempunyai semacam pusdiklat (pusat pendidikan dan pelatihan) atau learning center, yang dilengkapi dengan asrama atau tempat menginap karyawan yang lagi ikut pelatihan. Di sepanjang jalan raya Bogor - Cianjur (kawasan Puncak, Jawa Barat), bertebaran pusdiklat instansi pemerintah, BUMN, dan juga swasta.
Dengan membentuk corporate university, tentu harapan pihak perusahan akan lebih baik hasilnya dalam mencetak staf atau karyawan yang bermutu, yang pada waktunya akan mempu mengangkat kinerja perusahaan. Waktu masih memakai pola pusdiklat, pelatihan yang dilakukan masih kurang sistematis dan temanya selalu berubah. Â Hal ini diperbaiki dengan membangun standar tertentu yang konsisten (karena berdasarkan kurikulum yang selalu di-up date, menerapkan metodologi yang teruji, dan menggunakan pengajar profesional, di samping praktisi berpengalaman dari internal perusahaan) sebagaimana layaknya di sebuah universitas berakreditasi A,Â
Bahkan ilmu yang didapat dari corporate university menjadi satu paket dengan program job training alias magang di berbagai unit kerja di perusahaan tersebut, sehingga kemajuan karyawan setelah ikut program perkuliahan, dapat dipantau. Program perkuliahan itu sendiri disesuaikan dengan posisi karyawan yang menjadi "mahasiswa". Karyawan grade bawah lebih banyak mendapat materi perkuliahan yang bersifat teknis-aplikatif, dan grade atas lebih banyak yang bersifat managerial-strategik. Seperti perkuliahan pada umumnya, karyawan di corporate university juga harus membuat tugas akhir berupa real project sesuai kebutuhan perusahaan.
Sebagai contoh, menurut Corporate Secretary BRI, Hari Siaga Amijarso, dalam siaran pers 27 April 2016 dan diberitakan antara lain oleh detik.com, di BRI Corporate University terbagi dalam 6 Akademi, yakni Micro Banking Academy, Retail and Consumer Banking Academy, Wholesale Banking Academy, IT Operation and Support Academy, Leadership and Human Capital Academy, dan Subsidiary Management Academy. "Setiap Akademi bertanggung jawab untuk menyusun dan mengembangkan Learning Program (Syllabus dan Teaching Materials) yang lengkap, selaras, up to date dan berkelanjutan (on going improvement) serta mengikuti tuntutan perkembangan bisnis perusahaan," ucap Hari Siaga.
Saat ini, BRI Corporate University memiliki 1 Â kampus utama yang berlokasi di Jakarta serta 7 kampus pendukung yang berlokasi di Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Makassar, yang dibangun dengan konsep Digitalize Infrastucture. Setiap kampus didukung dengan sarana dan prasarana pendidikan yang modern dan lengkap meliputi kelas, asrama, teknologi pendidikan, sarana olahraga serta sarana pendukung lainnya.
"Pendidikan yang diselenggarakan di kampus kota-kota besar tersebut, didominasi oleh pendidikan yang berkaitan dengan bisnis mikro sebagaimana fokus bisnis Bank BRI selama ini, dan sering dijadikan objek kunjungan studi banding lembaga pendidikan yang berasal dari bank lain, baik dari dalam negeri maupun luar negeri," ungkap Hari Siaga.Â
Kalau kita berbicara inisiatif dari pihak perusahaan swasta besar, maka daftar universitas yang ada di negara kita juga semakin semarak, dengan adanya Universitas Sahid, Bakrie, Ciputra, Sampoerna, Bosowa, dan sebagainya. Beberapa universitas top, meski tidak menyandang nama perusahaan, namun publik mengetahui kedekatannya dengan perusahaan tertentu, juga semakin banyak. Sebut saja Universitas Multi Media Nusantara yang di belakangnya ada Kelompok Kompas-Gramedia. Universitas Pelita Harapan, President University juga ada nama konglomerat yang di belakangnya.
Harapan kita, universitas yang diprakarai oleh perusahaan tentu akan berdampak positif bagi masa depan bangsa, dan bisa saling melengkapi dengan universitas yang tidak di-backing-i oleh perusahaan, seperti PTN-PTS yang amat banyak jumlahnya. Â Di tengah pemberitaan yang meragukan mutu pendidikan tinggi kita, sebagaimana yang disorot koran Kompas beberapa hari terakhir ini (khusus terhadap fakultas kedokteran), kita masih pantas optimis menyongsong masa depan, karena semakin banyak yang peduli dengan pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H