Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Efisiensi Minum Air

31 Januari 2016   06:27 Diperbarui: 31 Januari 2016   08:55 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Efisiensi minum air bukan dimaksudkan untuk sesedikit mungkin minum air. Soalnya menurut banyak referensi, minum air putih yang cukup sangatlah dibutuhkan tubuh agar tetap sehat. Ada yang menyebut minimal 8 gelas per hari. Tapi saya sendiri punya kebiasaan minum air putih sekitar 10 sampai 11 gelas per hari.

Baru saja saya membaca di sebuah majalah tentang bagaimana seorang produser film yang sukses di tanah air dalam melakukan efisiensi. Salah satu poin yang saya catat adalah, kru film tidak boleh minta air minum dalam kemasan (AMDK) yang baru, sebelum AMDK sebelumnya dihabiskan. Untuk itu, setiap botol diberi tulisan nama pemiliknya.

Tolong jangan menilai sang produser lebay, terlalu berlebihan. Ingat, dalam memproduksi sebuah film, ada puluhan kru yang terlibat. Lamanya shooting juga bisa memakan waktu bulanan, dan setiap harinya berlangsung 15 sampai 16 jam.

Seketika saya langsung teringat dengan kecerewetan saya pada istri dan tiga orang anak di rumah,  yang seenaknya mengambil AMDK yang baru, padahal di meja ada 4 botol AMDK kemasan 600 ml yang baru diminum sepertiganya. Alasannya, masing-masing lupa AMDK mana yang tadi diminumnya.

Padahal saya sudah membuat kebijakan, pinggir meja sudah dibagi empat, untuk tempat AMDK 4 orang. Tapi mereka tidak pernah tertib melakukannya, dan asal tarok saja. Kemudian saat tidak tahu lagi AMDK kepunyaan masing-masing, ambil lagi dari dalam kardus.

Satu lagi, harga AMDK menurut saya tidak bisa dianggap murah. Satu kardus yang terdiri dari 24 botol 600 ml, kalau dibeli di jaringan ritel ternama saat ini dibandrol sekitar Rp 60.000. Artinya per satuan hampir Rp 3.000. Kalau dibeli di warung kecil sudah Rp 5.000 per botol  untuk merek yang terkenal.

Tidak masalah bagi saya bila satu orang menghabiskan sekian botol AMDK. Saya hanya crewet bila ada AMDK yang masih tersisa tapi harus dibuang karena tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya. Mungkin juga karena setiap orang sudah punya mindset AMDK itu murah. "Ah, cuman air putih, kan gak ada harganya", kira-kira itu yang terucap dalam hati banyak orang.

Memang, saat saya kecil di kampung, belum ada warung yang menjual AMDK. Di rumah makan, air putih bisa diminta secara gratis. Tapi sekarang tidak lagi begitu. Di pelosok sekali pun terdapat warung yang menyediakan AMDK. Tolong jangan dianggap tidak berharga lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun