Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Risiko Market Leader: Sudah Diintip dan Didatangi, Dibajak Juga

8 Desember 2015   10:51 Diperbarui: 8 Desember 2015   12:00 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dalam suatu persaingan antar perusahaan yang ketat, menjadi market leader ada sisi tidak enaknya. Sisi enaknya jelas, market leader berarti omzet penjualan perusahaan tersebut adalah yang tertinggi, dan logikanya berkorelasi positif dengan perolehan laba yang juga terbesar. Kecuali kalau yang menjadi market leader memakai strategi banting harga gila-gilaan, bisa saja menghasilkan penjualan yang besar namun labanya kecil.

Apa sisi tidak enaknya? Pasti semua mata pesaing tertuju pada perusahaan tersebut. Strateginya dibahas dengan seksama. Kelebihan dan kekurangan dikupas habis-habisan. Apa gerak-geriknyanya dalam memasarkan produk atau jasa diam-diam diikuti oleh para pesaing, khususnya pesaing utama yang berada di peringkat ke 2 dan ke 3 dari sisi penguasaan pasar. Asesoris produknya, harga yang dipasangnya, gimmick pemasarannya, strategi beriklannya, akan menjadi objek "intipan" tiada henti.

Semua aspek disigi dengan cermat. Bahkan sampai kepada key person-nya, cara merekrut keryawannya, sistem penggajian dan bonus-nya, serta sistem pelatihan dan pengkaderannya. Demikian pula sistem atau aplikasi teknologi yang dipakai. Sistem pelayanan, sistem logistik, sampai bada bahan baku dan proses produksinya.

Yang di atas dilakukan secara diam-diam, katakanlah dengan taktik seperti intel. Mungkin pakai penyusupan, pura-pura jadi konsumen (mystery shopper) yang nyinyir mengorek informasi sebelum membeli, mengimingi imbalan tertentu bagi orang dalam yang mau membuka rahasia, dan sebagainya.

Tapi manajemen yang mengelola perusahaan yang menjadi market leader sering pula menerima permintaan resmi secara tertulis agar bersedia menerima delegasi perusahaan lain, yang nota bene adalah pesaingnya, dalam suatu kegiatan yang disebut benchmarking atau bisa pula disebut studi banding. Harap diingat, di negara kita selalu ada asosiasi perusahaan sejenis. Jadi, meski bersaing, antar perusahaan tersebut sebetulnya juga bersatu, bekerjasama dalam menghadapi pemerintah, regulator, atau dalam hal-hal lainnya, melalui asosiasi itu tadi.

Makanya, setiap permintaan untuk studi banding, biasanya direspon secara positif oleh si market leader, artinya dipersilakan didatangi, meski tanggalnya tergantung si penerima kapan longgar waktunya. Bahwa dalam kegiatan studi banding ada resep rahasia yang tidak akan dibocorkan itu lain cerita. Bahwa rombongan tamu diterima dengan sepenuh hati atau tidak, tentu  susah dilihat secara kasat mata. Yang jelas, sekadar makanan kecil dan minuman pasti disediakan tuan rumah plus sambutan basa-basi. Market leader tentu tidak ingin dianggap musuh bersama dalam asosiasi perusahaan sejenis.

Yang mau belajar pun sebetulnya tidak akan mengarahkan pertanyaan pada hal yang bersifat rahasia perusahaan. Biasanya pertanyaan yang netral adalah terkait struktur organisasi, proses pengawasan, aplikasi IT yang dipakai, jumlah pekerja, urut-urutan proses produksi, dan sebagainya. Hal seperti ini biasanya bagi perusahaan yang sudah go public juga diungkap dalam annual report-nya, tapi bisa didalami dalam benchmarking.

Sudah begitu, derita menjadi market leader belumlah berakhir. Banyak pesaing yang kalap. Sudah mengintip, bertamu secara baik-baik, namun masih kalah, maka mereka tak segan melewati jalan pintas, yakni membajak key person dari market leader dengan menawarkan gaji yang berlipat. Tentu banyak yang tergoda kalau diiming-imingi seperti itu. Nah, mantan karyawan yang direkrut pesaing tersebut biasanya menerapkan standar prosedur seperti di tempat lamanya secara persis.

Apakah market leader akan goyang? Mungkin iya buat sementara waktu. Tapi bagi perusahaan yang sistemnya sudah teruji kehandalannya, dan selalu melakukan inovasi, serta tidak tergantung pada beberapa orang tertentu, di back-up banyak pasukan muda yang kreatif, maka akan langgeng di singgasananya, paling tidak untuk jangka waktu yang panjang.

Justru market leader yang hebat, yang fondasinya kokoh, terlihat kompak dengan pesaingnya. Biasanya CEO dari market leader juga menjadi ketua asosiasi perusahaan sejenis. Dengan begitu, karena seringnya publikasi dan pola ke-humas-an yang efektif, akan membuat konsumen semakin jatuh hati serta punya ikatan batin dengan produk atau dengan perusahaan market leader. Hal inilah yang makin memperkokoh cengkeramannya, tanpa dirasakan oleh publik, karena labanya juga mengalir melalui berbagai kegiatan sosial yang dapat dinikmati masyarakat banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun