Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melongok Ruang Kerja Bos

6 November 2015   09:14 Diperbarui: 6 November 2015   09:14 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalau saya lagi dipanggil atau menghadap atasan di kantor, saya suka mengamati suasana di ruang kerja bos. Salah satu ciri perusahaan atau instansi di negara kita, konon antara lain adanya ruang kerja para bos yang luas. Luas ruang tersebut, untuk case di tempat saya berkarir,  1 lantai dipakai untuk 4 ruangan untuk masing-masing anggota direksi. Hitung sendiri besarnya kalau 1 lantai tersebut bisa menampung pegawai biasa sekitar 100 orang. 

Apakah menurut anda itu bentuk ketidak-efisienan? Ya terserah saja. Tapi ada yang berpendapat ini terkait citra bonafiditas, terkait reputasi perusahaan, dan entah apalagi. Bahwa di negara maju, konon ruang kerja bosnya hanya sedikit lebih besar dari ruang pegawai biasa, ya itu kan memang masing-masing punya pertimbangan sendiri. Lagi pula, ruang kerja bos yang besar sudah warisan dari bos di era sebelumnya, bukan permintaan bos yang sekarang.

O ya kalau saya boleh membela bos saya, satu lantai tidak hanya untuk 4 orang bos saja,  tapi juga untuk 4 orang sekretaris, 2 satpam, 2 pengantar surat, 2 tukang tarok minuman sekaligus petugas kebersihan. Lagipula masing-masing bos harus punya ruang tamu yang memadai dan sekaligus ruang rapat sendiri untuk kapasitas 10 - 15 orang.

Lalu apa saja yang barang yang terdapat di ruang bos? Meja kerja lebar sudah pasti. Meski sekarang sudah zaman surat-suratan pakai media elektronik, masih saja banyak kertas surat dan buku laporan menumpuk di meja kerja beliau, baik surat masuk yang harus didisposisi  ke bawahan, maupun surat keluar yang sudah disiapkan bawahan untuk ditandatangani bos. Di sebelah kiri meja bos ada berbagai perangkat komputer, meski jarang juga digunakan. Toh ada apa-apa tinggal minta staf untuk menyiapkan. Ada lagi 2 layar monitor yang bisa memantau berbagai hal, bisa disetel untuk melihat harga saham, atau indikator perekonomian lainnya, bisa pula untuk melihat jumlah unit kerja, baik kantor cabang maupun kantor lainnya, yang lagi beroperasi, atau yang ada kendala di jaringan komunikasi, dan sebagainya.

Televisi layar datar berukuran besar tentu juga ada. bukan untuk menonton sinetron, tapi biasanya menyetel televisi berita, dalam atau luar negeri. Lukisan besar, minimal ada 3 buah di tiga sisi dinding. Masing-masing bos tentu punya selera lukisan yang berbeda, tapi setahu saya tidak ada yang mengoleksi lukisan abstrak seperti lukisan Affandi yang saya juga tidak paham dimana letak indahnya. Lukisan sekelompok kuda berlari, sekelompok ikan hias, pemandangan alam, dan bunga, termasuk favorit para bos. Belum saya lihat lukisan wanita cantik pakai kebaya yang sedikit terbuka,  seperti yang banyak dipamerkan di beberapa galeri lukisan besar di Ubud, Bali.

Seperangkat sofa dan meja untuk tamu, sudah pasti ada. Tamu, berarti pihak dari luar perusahaan. Kalau anak buah yang menghadap cukup diterima di 2 buah kursi yang ada di depan meja kerja, dan bos tak perlu berpindah posisi, tetap di kursi kebesarannya. "Kebesaran" dalam arti sesungguhnya, karena ukuran kursi itu sungguh besar. Ada lagi meja panjang dilingkari belasan kursi, untuk mengadakan rapat, kalau bos memanggil anak buah dari beberapa divisi sekaligus. Perangkat rapat tentu juga ada seperti white-board yang bisa langsung mem-foto copy, serta in-focus dan layarnya. 

Ada tempat menggantungkan jas yang hari ini dipakai, juga tempat penggantung sajadah. Ada juga lemari pakaian. Karena saya tidak tahu pakaian apa saja di dalamnya, saya menduga-duga saja, pasti ada jas yang lain, baju batik, baju olahraga, baju muslim, yang akan dipakai sesuai kebutuhan. Lemari buku juga lumayan besar. Buku-buku yang dipajang tentu yang tebal dan judulnya "berat", biasanya berbahasa Inggris.

Sudah pasti ada ruang belakangnya yang karena saya tidak berani masuk, saya duga adalah toilet, wastafel, bisa juga tempat mandi, dan konon (saya gak tau benar apa tidak) ada tempat untuk tiduran kalau bos lagi capek. Tapi melihat agenda bos yang demikian padat, saya amat yakin beliau tidak sempat leyeh-leyeh di kantor.

O ya, hampir lupa, ada pula lemari pajangan. Foto keluarga, dan foto berjabat tangan dengan Presiden di Istana Negara atau saat momen lain, seolah-olah "wajib' hukumnya untuk dipajang. Beberapa cendera mata dari luar negeri juga perlu dipajang. Kalau sekadar bergambar patung singa atau menara kembar, yang menjadi ikon-nya negara jiran, tidak perlulah dipajang, anak buah juga sudah banyak yang melancong ke sana.

Begitu saja, sebagai bacaan ringan. Thank God, It's Friday.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun