Adapun Pantai Losari yang menjadi ikon Makassar, bukanlah pantai yang berpasir memanjang seperti pantai pada umumnya. Namun pantai beton seperti Ancolnya Jakarta. Cuma, kalau di Ancol pengunjung membayar relatif mahal. Di Losari gartis..tis..tis. Tak heran publik Makassar tumplek berolahraga atau berjalan-jalan di sana, terutama di hari libur.
Beton di areal Pantai Losari selalu diperluas setiap tahun sejak mulai dibangun di awal tahun 2000-an. Sekarang sudah sepanjang 2 kilometer dan terbagi atas 4 anjungan sesuai dengan keberadaan 4 suku utama di Sulsel yaitu Bugis, Makassar,.Toraja dan Mandar. Ada pula tugu Adipura pertanda Makassar pernah meraih prediket kota terbersih. Ada lagi Masjid Terapung yang mungil dan cantik. Banyak pula patung-patung pahlawan dari Sulsel.
Kawasan taman publik Pantai Losari ini tak sepenuhnya berasal dari laut yang diuruk. Kalau diperhatikan, lantai beton yang panjang tersebut seperti menggantung. Di bawahnya masih ada air laut. Beton tersebut ditopang oleh banyak tonggak.Â
Tentu ada pro dan kontra seputar pembangunan Pantai Losari. Yang kontra berpendapat gaya alami seperti belasan tahun yang lampau, hanya dengan tembok rendah penahan ombak,  lalu  ada jejeran penjual pisang epek di bawah rindang pohon kelapa, pasti lebih ramah lingkungan. Yang pro berpendapat gaya sekarang lebih modern dengan sentuhan budaya lokal.
Sungguh saya tidak menyesal menghabiskan waktu beberapa jam di Pantai Losari. Meski untuk itu saya terpaksa hanya bisa memantau berita Persib dari media online.
*) Sumber Gambar: Dok. Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H