Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bank Mandiri Akuisisi BTN

16 April 2014   16:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:37 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya jelas sudah, setelah 10 tahun terakhir diributkan, BTN betul-betul dilepas oleh pemerintah. Mayoritas saham BTN dimiliki oleh negara (60%), dan sisanya dimiliki publik melalui Bursa Efek Indonesia. Nah, yang 60% tersebut akan dijual, yang izin prinsipnya akan diputus pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BTN, yang dijadwalkan tanggal 21 Mei 2014 mendatang.

Sekadar kilas balik, dulu BTN diributkan akan diakuisisi oleh salah satu bank BUMN lainnya, yakni Mandiri, BRI atau BNI. Namun, internal BTN mati-matian menolak rencana itu, karena tentu akan lebih independen sebagai BUMN tersendiri, bukan anak perusahaan dari salah satu bank BUMN. Bahkan bisa jadi BTN bukan lagi berstatus anak perusahaan, tapi melebur (merger) ke salah satu bank BUMN. Kalau sudah begitu, akan sangat menyedihkan bagi karyawan yang kehilangan sejarah, sebagaimana 4 bank yang melebur jadi Bank Mandiri yang kehilangan jejak Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia.

Bank mana yang terpilih sebagai pembeli BTN? Mudah diduga, pastilah Bank Mandiri. Pertama, Mandiri adalah bank terbesar dari sisi aset di tanah air (Rp 648 T posisi akhir 2013), tapi posisinya di ASEAN masih kalah jauh dari bank-bank di Singapura, Malaysia dan Thailand. Artinya, Mandiri memang diskenariokan jadi "petarung" di kancah regional (Meski sebetulnya BRI dan BNI juga potensial, bahkan untuk kredit mikro, BRI sudah menjadi benchmark bagi negara luar, terbukti dari banyaknya bank asing yang studi banding ke BRI). Kedua, orang-orang Mandiri sudah banyak menyebar menjadi pengambil keputusan di lembaga lain. Agus Marto, yang kini Gubernur BI dan pernah jadi Menkeu adalah bankir Mandiri. Demikian pula Dirut BTN sekarang, Maryono, juga dari Mandiri, meski singgah dulu di Bank Mutiara (nama baru dari Century).

Sebelumnya BRI juga sangat berhasrat masuk ke BTN, dan bahkan bisnis mikro BRI bisa saling melengkapi dengan bisnis KPR bersubsidi dari BTN, artinya sama fokus ke masyarakat strata bawah. Karyawan BTN pun, meski pilihan terbaiknya tetap stand alone, lebih memilih BRI ketimbang Mandiri, kalau akhirnya terpaksa merger, mengingat kedekatan budaya kerja dan fokus nasabah itu tadi. Memang, mengacu ke peraturan BI, satu bank hanya diperkenankan punya anak perusahaan 1 bank umum dan 1 bank syariah. Mandiri telah punya Bank Sinar dan Bank Syariah Mandiri (BSM). BTN bisa saja tetap eksis bila bank Sinar melebur ke BTN, atau kalau ingin memperbesar bisnis syariah (ini telah sering didengungkan pemerintah), bisa jadi BTN gabung dengan BSM. Tapi, kembali, kalau niatnya memperbesar Mandiri, sangat mungkin BTN melebur ke dalam bank Mandiri, sehingga aset Mandiri bertambah Rp 130 T lagi (aset BTN posisi akhir 2013).

Lalu, kenapa momennya sekarang? Sekedar dugaan, karena sekarang adalah ujung pengabdian presiden SBY. Diharapkan anggota DPR tidak meributkan karena lagi sibuk mempersiapkan pertarungan pilpres. Kalau menunggu anggota dewan dan pemerintahan yang baru, belum tentu mereka akan setuju.

Selamat untuk bank Mandiri.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun