Mohon tunggu...
Irwan Rahadi
Irwan Rahadi Mohon Tunggu... -

Biro kerja sama dan hubungan internasional Pimpinan Pusat HImpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan (HIMMAH NW) salah satu badan otonom ormas islam Nahdlatul Wathan (NW) di Nusa Tenggara Barat. Alumni Universitas Hamzanwadi, saat ini sedang menempuh studi pendidikan Pascasarjana di Mahidol University Thailand

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Baju Sang Siswa Basah

26 Januari 2016   09:20 Diperbarui: 26 Januari 2016   09:27 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pagi itu, aku sempat berkunjung ke salah seorang sahabat di salah satu madrasah tempatnya mengajar. Sama seperti aku, dia telah mengabdikan waktunya sebagai seorang pendidik hampir 8 tahun. 

Bersamanya sering kami habiskan waktu bersama untuk sekedar bertanya kondisi sekolah atau siswa masing-masing. Hingga pagi itupun aku menemaninya mengantar seorang siswa yang harus dipulangkan ke rumahnya karena kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan belajar. 

Diperjalanan pulang setelah mengantar sang siswa, kami diberhentikan oleh seorang ibu. Yang dengan tergopoh-gopoh mendatangi kami. Dengan sigapnya ia mengatakan “maaf hari ini anak saya tidak bisa masuk sekolah, bajunya basah”. Sang guru sahabatku hanya meng’iya’kan dan kamipun berlalu. 

Cerita di atas hampir sering terjadi pada para siswa kita, tidak terkecuali penulis. “Baju basah” menjadi salah satu alasan yang sangat kuat bagi seorang anak untuk tidak masuk sekolah. Alasan mereka sederhana, mereka takut disalahkan oleh guru mereka hanya karena mereka berbeda warna seragam dengan siswa yang lain. 

Di sisi ini, sekolah seringkali atas nama disiplin terhadap aturan meminta siswa untuk kembali ke rumah mengganti seragam yang sesuai dengan jadwal. Pilihan siswa kemudian tidak banyak, mereka lebih memilih tidak menghadiri jam belajar daripada berurusan dengan guru dan aturan yang lebih banyak menyalahkan mereka. 

Padahal, sedalam apakah substansi seragam sekolah jika dibandingkan dengan materi pelajaran yang mereka dapatkan saat mereka tidak menghadiri sekolah?. Dalam kasus ini, sekolah sejatinya lebih bijak dan fleksibel dalam menerapkan aturan-aturan yang mereka buat. Bukan hanya pada persoalan memahami kondisi yang dihadapi siswa, tetapi berusaha memberikan rasa nyaman dengan perbedaan siswa mereka. Sehingga sekolah bisa menjadi rumah yang nyaman dan menenangkan bagi mereka. 

Mari berhenti membuat siswa menjadi takut terhadap sesuatu yang tidak seharusnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun