Sudah bertahun-tahun kasus century tetap menjadi materi seksi pembahasan para wakil rakyat di senayan. Mencari kesalahan, fakta dan bukti-bukti yang membenarkan bahwa kasus bailout century adalah sebuah kesalahan yang dilakukan secara sengaja oleh pemerintah.
Hingga saat ini, beberapa diantara mereka berkeras untuk melakukan “pemakzulan” terhadap pejabat yang bertanggung jawab saat itu yaitu Budiono yang kini telah menjadi wakil presiden Indonesia.
Ketika para wakil rakyat melihat kasus ini dari kacamata penyalahgunaan wewenang atau sejenisnya. Tentu saja saya, dan mungkin para pembaca yang lain memiliki pandangan yang berbeda juga. Berbicara masalah “hak” tentu saja saya berhak melihatnya dari kaca mata yag berbeda.
Krisis 98 masih jelas terekam dalam ingatan kita, chaos nya Negara kita hingga pergantian kekuasaan yang berimbas pada runtuhnya perekonomian dan politik Negara kita telah merubah corak dan warna Negara ini. Saat ini sudah jarang kita dengarkan lagi lagu-lagu kebangsaan di kumandangkan, semangat-semangat nasionalisme seperti di telah bumi, media-media sudah banyak terisi oleh acara-acara tidak mendidik dan berkontribusi terhadap rusaknya moral genarasi bangsa ini. Bahkan lagu-lagu anak-anakpun sudah tidak seperti dulu yang lekat dengan dunia anak, tetapi sudah bicara cinta-cintaan. Satu-persatu pulau-pulau di lapisan terluar Negara ini dengan mudahnya di ambil oleh pihak luar. Indonesai menjadi sasaran empuk peredaran narkoba internasional.
Kalau alasan bailout century untuk alasan keselamatan Negara dari dampak sistemik yang mengembalikan Negara ini sama seperti peristiwa ‘98, maka saya adalah orang pertama yang menyetujui itu, tidak perduli meski para anggota dewan di senayan mencari-cari alasan untuk menyalahkan kebijakan tersebut.
Ketika Negara ini kembali pada peristiwa ’98 dan mungkin lebih parah dari peritiwa tersebut dan mungkin berujung pada kehancuran negeri ini…
SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB..??!!...
Kalau hanya koar-koar anggota dewan yang bersolek di media untuk popularitas, rakyat tidak membutuhkan wakil demikian. Rakyat hanya berfikir sederhana bahwa mereka bisa hidup dan nyaman di tanah air mereka sendiri. Tidak dijajah oleh Negara lain apalagi oleh saudara mereka sendiri….
Salam
Darul Ikhwan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H