Mohon tunggu...
Prastiya Firds
Prastiya Firds Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berlatar belakang kehidupan masa lalu menjadi alasannya untuk terus belajar menulis. silakan kunjungi blog saya di:\r\nhttp://prastiyafirds.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

30% Bisnis 70% Cinta bag 3

23 Januari 2015   20:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:31 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bag 3

Waktu terasa tak bergeming saat Rasmi Menatap diriku begitu dalam, jantungku berpacu begitu

Kencang dan kuat, perasaanku begitu bercampur aduk, masih belum percaya wanita yang dikagumi seantero kampung ini duduk dan berbicara padaku. Belum selesai aku menikmati keindahan ini tiba-tiba

“Aldo…Aldo…Al…..Aldoo..”

Aku tersadar ,  tepukan keras di pundakku.., dan saat pandanganku coba aku alihkan ke belakang

Kulihat Rian sudah berdiri dengan tangan bertolak pinggang dihadapanku.

“Wah..Aldo….dari tadi aku tungguin dirumah…malah mampir disini” keluh Rian sambil geleng-geleng

“Sory tadi ada sedikit kecelakaan disini, bener khan Ras..?” jawabku sambil minta kesaksian Rasmi

“Ya bener  yan..namanya juga musibah” saut bela Rasmi..

Dari situ keadaan semakin membingungkan, sulit memutuskan antara dua hal ini.

Menuruti ajakan Rian yang sedang kesal? atau mengambil kesempatan dan moment ini yang mungkin tidak akan pernah datang untuk kedua kalinya dalam hidupku…

Tapi kalo dipikir lagi.. jika aku mengacuhkan Rian berarti aku kehilangan juga masa depanku..yang artinya aku juga akan kehilangan Rasmi

Terus terang ini sangat sulit diputuskan, ayo…berpikir…

“Aku harus cari jalan keluarnya untuk masalah ini, keputusan ini sangat berarti bagi jalan hidupku kedepan, ayo Aldo cari solusinya” Risauku dalam hati .

“ Aldo kamu kenapa, bengong melulu” Tanya Rasmi.

“ Iya yuk Ras kamu aku antar sekarang?” ajakku sambil memegang tangan Rasmi.

“ Loh..loh.. mau kemana bang Aldo ini..?, Katanya mau jemput saya? kok malah Rasmi yang dianter? Nanti  tamunya gimana? Khan harus diantar malam ini” Tanya Rian dengan muka masam.

“ Iya ini bentar aja, gampang itu bisa diatur” sambil Aldo mengedipkan matanya.

Akupun bergegas masuk kemobil dan aku tau Rian hanya geleng-geleng saja melihat kelakuanku.., aku tahu semua resiko ini namun gadis ini juga impianku.

Didalam mobil pikiranku kalang kabut kemana-mana, aku sendiri sampai heran tak sedikitpun aku menikmati perjalanan dan momen berduaan ini, rasa bersalah tadi masih menyelimuti otakku ini. Suasana yang tadi kupikir akan indah sama sekali tak kurasakan.

Achhhh perasaaan apa ini…? mengganggu sekali, obrolan kami berdua terasa seperti lalu lalang kendaraan bising yang mondar mandir di padatnya kota ini.

Ini kesalahanku atau Rasmi yang tak lagi menarik buatku?.

Setibanya di depan kampus Rasmi, pikiranku pun seperti ditelan bumi, membeku dan kaku.

Aku pun tak sadar bahwa Rasmi telah turun dari mobil ini tanpa ku bukakan pintu.. dan kutingalkan dia tanpa kesan yang indah. Ini seperti mimpi buruk, bahkan kubiarkan dia layaknya turun dari metromini,.. ini gila…

Setelah kejadian memalukan tadi akupun bergegas kembali ke rumah Rian, agar semua masalah cepat selesai.

Satu jam kemudian aku telah tiba di rumah Rian

“Rian…” panggilku sambil kuketuk pintu rumahnya.

“Kamu Al…, mana kunci mobilnya?” Tanya Rian sambil nada santai.

“Balikin mobilnya dan ambil aja baju kerja itu dan bisnis kita selesai sampai disini” terang Rian

Sontak aku terkaget dan tak menyangka hal sekecil tadi bisa menghapus semua kerja kerasku selama satu bulan ini.

“Tapi yan..aku khan dah gadaikan tanah orang tuaku untuk bisnis ini?” tanyaku

“Sudahlah.. sepertinya kamu bukan partner yang tepat di bisnis Antar jemput VIP ini, lebih baik kamu cari peluang lain saja, ini aku kembalikan 55 juta kamu plus 5 juta hasil keuntungan satu bulan ini” jelas Rian sambil coba menenangkan emosiku.

“Baiklah, tapi makasih ya yan sudah memberiku peluang” jawabku sambil lemas badan ini.

Aku pun kembali berjalan kami meyusuri kampung tercinta ini lagi..

Aku harus segera mengembalikan uang ini ke orangtua ku agar tanah mereka bisa segera ditebusnya.

Kembali lagi aku seperti dulu lagi dan kembali ke titik nol.

Wajahku tentunduk malu dengan diri sendiri, merasa tak bertanggungjawab, tak becus dengan apa yang telah aku raih, sekejap saja aku tenggelamkan sendiri harapan dan mimpiku.

***BERSAMBUNG***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun