Hari itu Selasa 22 September 2015 (silam), sebuah seminar bertajuk "Sosok dan Perjuangan Tokoh Sumpah Pemuda: DR. Rumondor Cornelis Lefrand Senduk. Pejuang dan Pengabdi Kesehatan" digelar di Museum Sumpah Pemuda di jalan Kramat Raya nomor 106 Kwitang, Senen, Jakarta Pusat.
Seminar tersebut diadakan untuk mengapresiasi, mengenalkan, serta mengingat kembali perjuangan Dokter Rumondor Cornelis Lefrand (RCL) Senduk, salah satu tokoh penting dalam perjuangan revolusi bangsa Indonesia.
Bahwa seminar seperti ini sangat penting untuk selalu digelar karena memang tidak banyak sumber yang menuliskan sosok dan kiprah Dokter RCL Senduk sebagai seseorang yang memiliki peran dalam perjuangan bangsa dan negaranya (Indonesia), sehingga saat itu, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Harry Widianto, mengharapkan agar kiprah Dokter Senduk sebagai pejuang kesehatan harus diketahui oleh generasi muda, khususnya kepada para anak muda Indonesia saat ini :
"DR Rumondor Cornelis Lefrand Senduk adalah sosok pejuang pengabdi kesehatan, yang hingga kini belum banyak diketahui kiprahnya oleh masyarakat Indonesia sebagai salah seorang pejuang revolusi. Meski bukan dengan senjata, namun DR. Senduk telah menyelamatkan banyak jiwa", papar Harry Widianto, sebagaimana terkutip di laman Kemendikbud (www.kebudayaan.kemdikbud.go.id).
Harry Widianto melanjutkan : "Dalam masa perjuangan, para pejuang tidak hanya bertaruh fisik saja, tetapi juga kesejahteraan, kesehatan, dan kemanusiaan atau palang merah. Hal ini sudah dirintis oleh Dokter Senduk sejak awal saat masa perjuangan".
Tentu, kurang dikenalnya kiprah Dokter RCL Senduk dan terbatasnya informasi mengenai sang tokoh (pada saat ini), juga disadari oleh ahli waris almarhum dengan alasan tersediri.
Paul GRW Senduk, salah seorang putra Dokter Senduk, sebagaimana dikutip laman kemendikbud, pun menuturkan bahwa nama Dokter Senduk tidak banyak diketahui (mungkin) karena beliau tidak meneruskan perjuangannya di politik praktis.
"Beliau hanya fokus pada kemanusiaan dan profesinya sebagai dokter bedah. Beliau memang sering bersinggungan dengan keadaan politik, bahkan sempat diajak bergabung oleh salah satu petinggi yang memiliki posisi strategis, namun ia menolak dan hanya ingin fokus pada profesinya", ujar Oom Paul.
Sedikitnya referensi mengenai sang tokoh kita ini, semoga akan memacu semangat para peminat sejarah atau sejarawan-sejarawati untuk mencari jejak-jejak sejarah para tokoh-tokoh pejuang seperti Doktor RCL Senduk yang hampir dilupakan, dan kemudian menuliskannya menjadi catatan sejarah tokoh, agar paling tidak para generasi muda kedepan mengenal dan mengetahuinya lebih dalam, serta tak hilang dari ingatan sejarah.
Saat masih duduk di bangku sekolah lanjutan tingkat pertama lalu di sekolah menengah umum, saya pernah membaca di perpustakaan yang menyimpan buku mengenai Palang Merah Indonesia.