Waktu itu tahun 1928, Indonesia tentu masih dikuasai Belanda, dan kota Bogor masih bernama Buitenzorg, sangat terkenal dengan kebun raya dan istananya karena menjadi 'buah bibir' para botanis, herbalis dan ahli biologi di seluruh kampus-kampus di Eropa.
Selanjutnya, sembari menuju ke arah pintu utama KRB untuk menemukan monumen cinta nan romantis: "Jangan Pernah Melupakan Aku", disitu kita tidak hanya disuguhkan dengan pemandangan pohon-pohon yang besar dan tua, taman-taman bunga yang cantik, kolam-kolam air, danau-danau, juga terdapat empat makam keramat yang oleh masyarakat setempat dinamai Ratu Galuh Mangku Alam Prabu Siliwangi, Mbah Jepra, Mbah Baul dan Solendang Galuh Pakuan.
Adalah Thomas Stamford Bingley Raffles, seperti disebutkan diatas, sebagai Letnan Gubernur kerajaan Inggris di Hindia-Belanda, menjadikan istana Bogor sebagai tempat kediaman resminya bersama belahan jiwanya Olivia Mariamne, lengkapnya Olivia Mariamne Devenish.
Raffles dan isterinya Olivia, tentu memiliki banyak kenangan yang manis di kota Bogor, di istana dan KRBnya, dimana Raffles juga sering mengajak Olivia berjalan-jalan menikmati rindangnya pepohonan yang teduh dan sejuknya belaian angin di sekitar istana. Sehingga untuk mengenang Olivia yang wafat karena sakit malaria pada 26 November 1814, Raffles mendirikan sebuah bangunan unik demi menyimpan sepengal kisah cinta keduanya.
Tak sulit bagi pengunjung untuk menemukan bangunan unik yang disebut "Tugu Lady Raffles" atau Lady Raffles Monument itu, karena ia termasuk salah satu spot paling menarik dan memikat perhatian wisatawan di KRB dan para peminat cerita-cerita romantisme orang-orang di Hindia-Belanda, sebab di tugu tersebut, sang peguasa Jawa itu memahat kalimat yang sangat puitis untuk mengenang kekasihnya.
Kisahnya bermula ketika kerajaan Inggris mengambil alih tanah-tanah jajahan Belanda di tahun 1811. Maka Raffles yang karirnya sangat cemerlang di pemerintahan kolonial Inggris saat itu, ditunjuk sebagai Letnan Gubernur di Jawa. Olivia yang menjadi isteri Raffles di tahun 1805 pun meninggalkan Eropa mendampingi suaminya, dimana Raffles kemudian dikenal sebagai Gubernur Jenderal yang paling sukses dengan karya-karya monumentalnya.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa "di balik kesuksesan seorang pria, terdapat wanita hebat di belakangnya". Maka makna pepatah ini pun begitu tepat disematkan kepada Olivia yang menjadi gambaran sosok isteri dengan penuh keteguhan, kesabaran, ketegasan, pengorbanannya, mau mendampingi suaminya meskipun harus mempertaruhkan jasmaninya terinfeksi Malaria yang lalu merenggut nyawanya.
Kala itu, Malaria jadi salah satu dari beberapa wabah khas wilayah tropis yang paling ditakuti orang-orang Eropa. Tetapi dari kematian Olivia, kita dapat belajar bahwa ganjaran atas kebaikannya sebagai isteri yang sangat mendukung tugas-tugas suami, tentu mendorong semangat Raffles untuk terus maju mencapai kesuksesan demi kesuksesan.
Selain sukses memimpin Hindia-Belanda, Raffles juga dikenal sebagai tokoh yang menentang perbudakan, menjadi pendiri Kebun Binatang London, menggagas cikal bakal KRB, mendirikan negara kota Singapura, menemukan bunga bangkai raksasa Rafflesia Arnoldi, menemukan kembali candi Borobudur yang tersembunyi di hutan belantara Jawa selama lima ratus tahun, dan karena kecintaannya pada tanah Jawa, termasuk alam dan budaya Jawa, dia mendokumentasikan catatan-catatan penting dalam sebuah mahakarya ilmiah berjudul: "The History of Java".