Mohon tunggu...
Irwan Rusdy Keliata
Irwan Rusdy Keliata Mohon Tunggu... Guru - #bukan siapa-siapa

Menulis itu, seperti berbicara diatas tulisan. dapat berekspresi bebas sesuai yang dipikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ashabul Ukhdud, Pembantaian Penganut Ajaran Nabi Isa AS

23 Juli 2020   13:15 Diperbarui: 4 Juni 2021   17:10 14145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian meraka melakukan sayembara. setelah selesai diseleksi dan diramal oleh si penyihir itu, ditemukanlah seorang pemuda yang dirasa cocok untuk menjadi penggantinya. Si penyihir itu mulai mengajari sihir kepada pemuda tersebut.

Esoknya, sewaktu dalam perjalanan berguru ke si penyihir, tak sengaja pemuda itu mendengar pembicaraan seorang Rahib, ia merasa kagum dan tertarik kepadanya. 

Ia begitu terkesima pada perkataan sang rahib tersebut. Karena ketertarikanya itu maka setiap kali ia datang berguru ke si penyihir, ia selalu menyempatkan waktu bertemu sang rahib untuk belajar, kemudian baru ia pergi menemui si penyihir. Sebenarnya ia juga lebih banyak berkumpul dan berguru kepada sang Rahib dari pada si penyihir.

Hal ini yang membuat ia selalu di dipukuli si penyihir karena selalu datang terlambat. ia pun mengadu hal ini kepada sang rahib, sang rahib pun memberikan masukan kepadanya "kalau engkau takut kepada tukang sihir, katakanlah bahwa engkau masih ada urusan rumah sehingga engkau terlambat dan bila engkau takut kepada keluargamu, katakan juga tukang sihir itu menahanmu". Setelah itu Ia pun melakukan apa yang dikatakan Sang rahib, dengan begitu akhirnya ia tidak dipukuli lagi.

Waktu pun terus berlalu. Pemuda itu masih berguru kepada ke duanya, Sang Rahib dan Juga si penyihir. Suatu ketika di tengah perjalanannya, ia bertemu dengan sekumpulan orang yang berdiri pada sisi jalan sedang dirundung ketakutan. 

Rasa penasaran membuat ia mendekati mereka, rupa-rupanya ada seekor bintang buas besar sedang duduk ditengah jalan. Hal ini membuat mereka merasa cemas. 

Baca juga : Melihat Keselarasan Nilai Pancasila dengan Al Quran

Munculah dalam benak si pemuda itu, ia ingin membuktikan siapakah sebenarnya yang benar dan harus di ikuti antara sang rahib atau si tukang sihir. ia mengambil sebuah batu lalu melempar kearah bintang buas sembari berkata,

"Ya Allah, apabila perkara rahib lebih engkau sukai dari pada tukang sihir, maka bunuhlah binatang buas itu". 

Batu itu melesat cepat mengenai tubuh binatang buas tersebut, dan akhirnya terjatuh mati. Sungguh keajaiban yang luar biasa, orang-orang yang berada disitupun tercengah melihat kejadian itu. Batu yang tidak seberapa besar itu dapat membunuh bintatang buas yang sangat besar.

Kejadian yang ia alami ini pun diceritakan kepada sang rahib. sang rahib pun sadar bahwa pemuda yang menjadi muridnya kini telah diberkahi kemampuan oleh Allah Swt. yang bahkan tidak ia miliki. sang rahib berkata "Wahai anakku, sekarang engkau lebih baik daripada aku, dan engkau telah sampai pada perkara yang aku sangka. sesungguhnya engkau akan diuji, dan bila engkau diuji, janganlah engkau beritahu tentang diriku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun