Ada sesuatu yang selalu membuat hati saya rindu untuk untuk kembali ke kampung nenek di Gampong Muko, Aceh Barat. Rumah nenek bukan hanya sekadar bangunan tua dengan dinding kayu dan atap seng, tetapi juga tempat pelarian dari kesibukan kota. Di sana, lingkungan yang alami dan damai terasa menyelimuti setiap sudut. Pohon-pohon yang menjulang tinggi memberikan perlindungan dari teriknya matahari, menciptakan suasana sejuk yang jarang ditemukan di perkotaan. Tidak ada suara bising kendaraan atau asap polusi; hanya angin  sepoi-sepoi dan kicauan burung yang menemani hari-hari.
Perjalanan dari Gampong Padang Seurahet menuju rumah nenek memakan waktu sekitar satu jam. Jalan berliku dengan tikungan tajam serta pemandangan pegunungan yang memukau menjadi teman sepanjang perjalanan. Semakin dekat dengan kampung, udara segar mulai terasa, seolah-olah menandakan bahwa kedamaian tengah menanti.
Sepanjang perjalanan, hamparan hutan hijau membentang luas. Sesekali, rusa liar terlihat berlarian di kejauhan, mempertegas betapa alam di sini masih terjaga. Setibanya di rumah nenek, sambutan hangat dari saudara-saudara dan suasana kampung yang tenang selalu berhasil menghilangkan rasa lelah.
Kampung nenek menawarkan berbagai aktivitas yang jarang saya temui di kota. Salah satu favorit saya adalah mandi di sungai dengan airnya yang jernih dan menyegarkan. Sungai ini menjadi pusat aktivitas masyarakat, mulai dari mandi, mencuci pakaian, hingga tempat berbincang santai. Melihat kehidupan sederhana namun penuh kebersamaan ini membuat saya sadar betapa kontrasnya kehidupan kota yang penuh kesibukan.
Selain itu, memanen buah langsung dari pohonnya juga menjadi pengalaman yang sangat berkesan. Buah mangga, coklat, durian, langsat, dan rambutan tumbuh subur di halaman nenek. Sensasi memetik buah segar dan menikmatinya di bawah pohon yang rindang adalah kebahagiaan sederhana yang sulit ditemukan di tempat lain.
Tidak kalah menarik, berburu rusa di hutan bersama saudara-saudara menjadi kegiatan yang penuh tantangan. Meski sering kali pulang tanpa hasil, kebersamaan dan canda tawa selama berburu lebih dari cukup untuk membawa kebahagiaan.
Hal yang paling saya nantikan adalah makan bersama keluarga besar. Lauk-pauk yang disajikan mungkin sederhana, tetapi rasanya khas dan penuh kehangatan. Masakan nenek selalu membawa nostalgia, dengan bumbu tradisional yang hanya bisa diracik oleh tangan-tangan berpengalaman. Hidangan seperti gulai ikan lele dan sambal asam pedas menjadi favorit saya.
Setelah makan, kami biasanya berkumpul di ruang tamu untuk berbagi cerita. Gelak tawa memenuhi rumah, menciptakan suasana hangat yang sulit ditemukan di kota. Momen-momen seperti ini menjadi pengingat betapa berharganya keluarga.
Lingkungan di kampung nenek sungguh berbeda. Dengan minimnya kendaraan bermotor, udara tetap bersih tanpa polusi. Bahkan, fasilitas seperti kamar mandi modern masih menjadi barang langka disini. Banyak warga yang masih mengandalkan sumur dan sungai untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari mandi hingga mencuci. Hal ini mungkin terdengar kuno, tetapi justru menambah daya tarik dan keunikan kampung ini.
Selain itu, kampung ini memiliki ekosistem yang sangat terjaga. Pohon-pohon besar di sekitar rumah nenek tidak hanya memberikan keteduhan, tetapi juga menjadi habitat bagi berbagai satwa liar. Saat malam tiba, suara jangkrik dan kodok menciptakan harmoni alam yang menenangkan.
Setiap kali pulang ke kampung nenek, saya merasa seperti diingatkan untuk lebih menghargai lingkungan. Kehidupan yang sederhana namun harmonis di kampung mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu berasal dari kemewahan, melainkan dari hubungan dengan alam dan keluarga. Di tengah gaya hidup modern yang serba cepat, kampung nenek menjadi tempat yang menawarkan ketenangan.
Sebagai generasi muda, saya merasa penting untuk menjaga keindahan lingkungan seperti di kampung nenek. Kita perlu belajar untuk hidup lebih ramah lingkungan, mulai dari hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya hingga menjaga kebersihan lingkungan. Â Â Â Â Â Â Â Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H