Mohon tunggu...
Irwan Bajang
Irwan Bajang Mohon Tunggu... Penulis, Editor, Konsultan Perbukuan, -

Penulis, Blogger, Konsultan Perbukuan. Juga Tukang Masak. Pendiri @Indiebookcorner

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Terkenal di Era Millenial dalam Tempo yang Sesingkat-singkatnya

6 Juni 2017   22:50 Diperbarui: 7 Juni 2017   09:08 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kencingin Sumur Zamzam, Niscaya Kau Akan Terkenal!

Peribahasa ini sudah terlalu old school. Terutama bagi generasi millennial penghuni jagad raya, baik jagad bumi bundar ataupun setengah bundar semi jajaran genjang. Apalagi kalau kamu menafsirkannya secara literal, sebuah bahaya besar akan segera menyambutmu. Kamu bukan hanya akan dikejar orang Arab, jika kamu di Indonesia, makin apes, beberapa ormas ganas segera akan mendatangi rumahmu. Berteriak dan menjadikanmu bulan-bulanan. Sukur kalau dibawa ke kantor polisi, kalau semua diselesaikan di tempat, apalah daya, wahai pemirsa.

Saya tidak mengusulkan mempraktekkan cara bodoh itu. Ini bukan lagi zaman di mana mengencingi sumur zam-zam sebagai jalan pintas terkenal. Sekarang, tidak harus melakukan hal-hal aneh penuh resiko untuk jadi terkenal dan kena sorotan kamera. Di era kekinian, untuk terkenal, viral dan diundang ke mana-mana, semua serba gampang.

Pertama, sebarlah berita terbaru secepat mungkin di media sosialmu. Amati sebuah situs berita, google trend, apa yang sedang panas, langsung luncurkan segera. Bumbui pendapatmu seterang mungkin. Makin kontroversial statement-mu atas hal itu, makin bagus. Hoax atau tidak itu urusan belakangan. Kalau salah, bisa dihapus atau disetting private nantinya.

Kedua, jangan berhenti hanya sampai di situ. Di posisi itu, kamu hanya masih sekadar netizen kebanyakan, hanyalah remah Facebookers yang mengapung di lini masa jutaan umat manusia yang setiap saat senang ribut dan bertengkar. Untuk naik tingkat, bikinlah sebuah tulisan merespons sesuatu yang panas barusan. Tidak usah terlalu panjang, menulis panjang itu melelahkan dan tentu saja susah. Belum lagi sebagai pemula, pemahamanmu pada kalimat yang baik dan benar biasanya payah. Taruh titik dan koma, pakai spasi dulu atau tidak saja masih bingung. Yaelah! Singkat saja. Jangan belagu dulu.

Ketiga, buatlah tulisanmu itu berpihak tegas, dukung atau bantahlah persoalan yang kamu sebar tadi. Ada dua pilihan gaya, menulis dengan cara keras sekerasnya, atau satire, diplesetkan, agak wagu tidak masalah, yang penting maksudnya kira-kira bisa diraba. Kalau kamu merasa punya sedikit bakat melucu, bumbuilah, garing dikit tidak soal. Banyak manusia kurang hiburan dan menganggap sebuah lawakan garing adalah temuan adiluhung dunia kontemporer.

Jangan pernah menulis dengan cara yang lembut, penuh pengertian, mengembalikannya pada hukum, biar waktu yang menjawab, serahkan pada hati nurani. Basi! Mario Teguh sudah lama bangkrut, jangan mengikuti jejaknya. Dan jangan sampai kamu memposisikan diri di posisi netral. Masyarakat kekinian tidak suka orang lembek, sok bijak netral-netralan. Ini zaman perang, bung! Sikat segera kalau tidak suka.

Netral netral, lu kate air mineral mereknya netral?

Menjadi terkenal dengan menulis di era millenial hanya punya dua pilihan: Menjadi kubu sebelah, atau menjadi musuh kubu tersebut. Sudah, itu saja kuncinya. Toh kita sudah tahu sendiri, setiap ada kontestasi apapun, yang kalah dan menang selisihnya selalu sedikit. Setiap ada sesuatu pendapat, suara yang setuju dan tidak setuju selalu hampir seimbang. Pilkada-pilkadaan di manapun kebanyakan hasinya hampir seri. Yang muji pesulap Indonesia tampil di ajang internasional jumlahnya hampir sama dengan yang menghina, meremehkan dan menilai buruk. Jadi, santai saja! Kamu tidak perlu takut menulis sesuatu yang kontroversial.

Jika ada 55 persen pembaca mencacimu, masih ada 45 persen lainnya yang akan membelamu. Selisih 5 persen mah tidak usah dihitung, nyaris tidak ada yang benar-benar menang dan kalah, tidak ada yang salah dan benar. Angka 5 persen anggap saja kembalian receh di Indomaret yang selalu diminta sebagai donasi, dan kamu tidak pernah kuat menolaknya. Terlalu sepele.

Jika cara-cara itu sudah kamu lakukan, tunggulah sejenak. Dalam waktu yang tidak lama, akan muncul komentar, lalu disebar dengan pujian, disebar dengan cacian, diteruskan ke pihak masing-masing kubu yang berseberangan. Nikmatilah, pertunjukan sedang berlangsung. Ulangi kegiatanmu secara berkala. Pelajari kekeliruanmu sebelumnya. Jika kamu sudah mulai terbiasa, polanya bisa kamu pelajari, efeknya sebarannya bisa kamu ukur segera. Dan... tadaaa... kamu akan banyak follower, mendapat banyak penggemar sekaligus haters dalam waktu yang bersamaan. 

Lihatlah bagaimana akun-akun seleb dunia maya, semua postingan mereka direspons pertengkaran masing-masing kubu di kolom komentar. Padahal si pemilik akun bisa saja duduk selonjoran di rumah sambil ududan. Bikin postingan kontroversial lagi, paragraf terakhir isi iklan jualan. Kalau punya produk sendiri itu bagus, produk titipan bolehlah asal komisinya jelas. Tidak percaya? Lihat saja akun Awkarin atau Jonru. Hehehe. Polanya begitu-begitu saja. Biarkan orang-orang polos tertipu. Terjebak pada suka tidak suka dan benar salah yang selalu tak pernah selesai diperdebatkan.

Kalau mau dapat duit segera, buatlah blog dan postinglah tulisan-tulisanmu itu. Nanti kan ada iklan yang akan memberimu gaji segera. Atau kalau kamu sudah merasa agak ampuh sedikit, kirim saja ke media yang membutuhkan itu. Selama kamu bisa diviralkan sih, media pasti suka. Ada honornya, ada pula pay per view dan tidak perlu kurasi siapa-siapa. Hehe. Ya... meskipun tidak semua begitu, tapi kamu tahulah mana yang segera akan mengerekmu terkenal, mana media yang payah. Untuk urusan ini, agak cerdas dikitlah.

"La tapi situ kok nggak terkenal-terkenal, Mz?"

"Loh... situ kira Batman dan Superman terkenal?!"

"Situ Batman maksudnya?"

"Sssst... tergantung Gal Gadot suka yang mana...”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun