Menulisi puisi dengan ribuan kata untuk  mengingatmu itu mudah
Sesaat lalu aku mengingat belantara
Aku memberinya jiwa sebagai perjalanan
Telah kureka reka sayup gemericik sungai kecil di seberang lembah
Ku tajamkan nalar membayangkan  belukar tajam,
Melatih jemariku Â
Gesit mengurai setiap lilitnya.
Selepas itu aku ingin menghadirkan  nuansa padang gersang
Mungkin ada Sebagian bertumbuh ilalang
Nampaknya ia bermanja digodai angin semilir
Meliuk liuk tariannya dicemburui mentari sendu
Sebelum usai ciumi aroma kelam, Â Biar dulu kusapa senja
Mungkin aku tak perlu lagi memberi taunya seterjal apa lagi bebukitan  yang akan kulalui?
Di saat itulah aku paling suka  menuntaskan rentetan narasi narasi
Kali ini mengulur tanpa batas
Susunan syair meringkas tergubah bersahaja
Menyusur kelok jalan menuju  istana jiwamu.
Disaat saat itu pula aku ingin meminta sedetik pandangmu menyimak jiwaku, Â
Aku ingin kau memberiku penunjuk arah saja agar tak salah jalan,
Mungkin Sekulum senyum..... Mungkin itu sudah cukup....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H