Mohon tunggu...
Irwan Ade Putra
Irwan Ade Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang yang sedang belajar mengajar

Berbuatlah.... Biarkan waktu yang menjawab https://irwanadesaputra.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Skenario Dalam Skenario; Pilgub Sulsel

4 November 2017   20:13 Diperbarui: 6 November 2017   22:47 6379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ekses dari maraknya event-event demokrasi juga membuat polarisasi kepentingan politik di masyarakat Sulsel, yang membuat sekat antara pemilih dan pelaku/pemain/aktor politik menjadi tak jelas lagi. Masyarakat sebagai individu kemudian mengambil peran dalam kerja-kerja politik praktis dengan menjadi tim sukses pada event politik. Polarisasi tersebut membuahkan skema konfik sosial dan konflik kepentingan baik secara vertikal maupun horizontal, hingga mempengaruhi tatanan sosial dimasyarakat. Hal tersebut menurut beberapa ahli merupakan resiko dalam berdemokrasi yang harus ditanggung oleh masyarakat yang memilih jalan tersebut.

Pemilihan kepala daerah langsung di Sulsel sejak tahun 2009 hingga menjelang pilkada 2018 didominasi wajah lama tokoh politik begitupun pada partai politik, baik figur yang bermain dibelakang layar maupun yang tampil digarda depan. Dominasi Partai Golkar cukup jelas terlihat dalam perhelatan politik di Sulsel, sebab Sulsel memang merupakan merupakan lumbung suara bagi partai beringin tersebut. Bahkan dari pemilu ke pemilu Gorkar nyaris tak terkalah, tak heran jika sebaran kadernya cukup banyak menghiasi ruang-ruang publik. 

Sebut saja  Syahrul Yasin Limpo, Nurdin Halid, Agus Arifin Nu'mang, Ichsan Yasin Limpo, Ilham Arief Sirajuddin, Andi Muzakkar dan nama-nama lain yang bukan berasal dari Partai Golkar seperti Azis Qahar Mudzakkar, Nurdin Abdullah, Rusdi Masse, Idris Manggabarani, Andi Ilhamsyah Mattalatta, dll. Beberapa diantaranya merupakan politisi yang telah menyelesaikan karir politik pada level Kab./Kota dan ada pula pemain lama yang baru tampil. Sedangkan beberapa nama yang kahir-akhor ini menghiasi kancah perpolitikan Sulsel pasca menyelesaikan karir di institusinya yakni Bro Rivai, Tanribali Lamo, dan Burhanuddin Andi.

Diantara deretan elit politik Sulsel,  Amran Sulaeman merupakan wajah baru yang hanya membutuhkan waktu singkat bisa memainkan ritmenya serta membentuk poros sendiri dalam percaturan politik Sulsel, bahkan melejit menjadi elit nasional dengan memegang posisi jabatan sebagai Menteri Pertanian pada kabinet Jokowi. 

Kiprahnya dalam dunia politik dimulai ketika Pilpres 2014, Amran menjadi salah satu komponen penting dalam pemenangan Jokowi-JK diwilayah Indonesia Timur itulah yang kemudian mengantar dirinya masuk dalam daftar kabinet Jokowi. Dalam Pilgub Sulsel 2018 Amran menjadi salah satu lokomotif yang berperan penting dalam menciptakan dinamisasi situasi politik, hingga terjadinya pergeseran arah dukungan partai politik diSulsel. Mendorong adik kandungnya berkompetisi pada salah satu momentum prestisius dalam peta politik nasional, yang notabene tak pernah bersentuhan dengan politik praktis dan bahkan boleh dikata zero pengalaman politik. Sudirman Sulaeman yang dipaketkan Nurdin Abdullah dengan salah satu Bupati yang punya prestasi cemerlang di Sulsel bahkan Indonesia. Tindakan politik Arman tersebut bisa jadi merupakan bentuk confidence dan optimismenya dalam melakukan gerakan pemenangan politik.

Fase Awal Pertarungan

Konteks kekinian peta politik Sulsel  masih berada pada pertarungan fase awal, namun penulis beranggapan bahwa Fase awal inilah yang merupakan pertarungan yang sesungguhnya, sebab pada fase ini bakal calon dituntut untuk mengaktualisasikan segala kemampuannya baik talenta, skill dalam melobi, skill manajemen waktu, kemampuan meyakinkan, kemampuan melihat peluang, kemamouan membaca situasi, jejaring yang luas, kepiawaian dan strategi politik bahkan hingga kekuatan finansial para kandidat. 

Fase awal atau masa prakondisi menghadapi tahapan resmi KPU, paling tidak juga ada beberapa tahapan yang harus ditempuh oleh bakal calon tentunya predikat lulus yang oleh penulis kemudian dianalogikan sebagai Ujian. Ujian yang dimaksud yakni ujian pertama adalah memilih dan menentuan pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Ujian kedua perebutan rekomendasi dukungan partai politik, dan ujian ketiga  adalah pendaftaran sebagai pasanga bakal calon pada Komisi Pemilihan Umum Sulawesi Selatan.  

Ujian pertama yaitu penentuan pasangan bakal calon, siapa paket dengan siapa? lalu siapa yang mendapat posisi 01 dan siapa pula diposisi 02?. Variabel kemistri atau kecocokan satu sama lain, variabel hasil survey, dan variabel ego dan saling mengerti yang menjadi faktor penentu untuk menyelesaikan ujian pertama tersebut. Ibarat audisi beberapa nama pastinya akan terhempas dari pusaran konstalasi politi, berikut nama yang telas berhasil lulus yakni pasangan Nurdin Halid dan Azis Qahar Mudzakkar, pasangan Agus Arifin Nu'mang dan Aliyah Mustika Ilham, pasangan Ichsan Yasin Limpo dan Andi Mudzakkar, dan pasangan Nurdin Abdullah-Tanribali Lamo walaupun dalam berjalanannya Tanribali Lamo juga harus keluar arena digantikan oleh Sudirman Sulaeman diakibatkan oleh kegagalan Nurdin Abdullah-Tanribali Lamo melewati ujian kedua, dan Sudirman Sulaeman hadir untuk meyakinkan Nurdin Abdullah bahwa dia adalah pilihan tepat untuk menuntaskan ujian kedua terkait rekomendasi dukungan partai politik sebagai tiket untuk memasuki arena Pilgub Sulsel 2018, dan jadilah paket pasangan Nurdin Abdullah-Sudirman Sulaeman. Dan akhirnya terdapat empat pasangan yaitu NH-AQM, AAN-AMI, IYL-AM, NA-SS yang lulus dan menyisihkan beberapa tokoh ataupun politisi yang belum bisa mementukan siapa paketnya pada ujian pertama difase awal Pilkada Sulsel 2018.

Berikutnya ujian kedua, ke empat pasangan bakal calon ditantang untuk mendapatkan  rekomendasi dukungan partai politik sekurang-kurangnya 17 kursi dari jumlah komposisi kursi DPRD Provinsi Sulawesi Selatan yakni 85 kursi. Pada ujian ini, populerlah istilah "pembegalan partai" yang dilakukan para kandidat pasangan. Realita yang terjadi dalam konteks pembegalan yaitu PAN yang dibegal dari IYL-AM yang dilakukan oleh NA-SS, Partai Demokrat yang dibegal oleh IYL-AM dari pasangan AAN-AMI yang juga merupakan kader Partai Demokrat, adapula Partai Gerindra terbegal dari genggaman AAN-AMI yang juga dilakukan oleh NA-SS. Pada kasus beralihnya dukungan Partai Nasdem Sulsel yang dinahkodai Rusdi Masse dari IYL ke pasangan NH-AQM usungan Partai Golkar, RMS dan Nasdemnya sebelum penentuan paket kerap melontarkan dukungannya kepada mantan Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo. Arah dukungan Partai Politik di Sulsel memang cukup dinamis, sebab dalam beberapa kasus terjadi polemik dan perdebatan seperti rekomendasi dukungan yang tidak mengindahkan mekanisme administrasi dan prosesi  yang membuat kegaduhan politik baik di internal maupun eksternal partai. 

 Ada pula perbedaan dukungan pada tingkatan Partai seperti Partai Amanat Nasional pada tingakatan Provinsi telah menyatakan kepada IYL  sedangkan rekomendasi DDP PAN yang di terbit menyatakan dukungan kepada NA-SS. Berikut Informasi terkini saat tulisan ini dibuat tentang perolehan dukungan partai politik terhadap pasangan bakal calon (3/11/2017). Pasangan Nurdin Halid dan Azis Qahar Mudzakkar didukung oleh Partai Golkar dengan 18 kursi, Partai Nasdem dengan 7 kursi dan PKP dengan 1 kursi sehingga total dukungan yang dikantongi oleh Ketua Harian Partai Golkar sebanyak 26 kursi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun