Mohon tunggu...
Sangun Perwira
Sangun Perwira Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Bukan maksudku memusuhimu. Kalaupun berbeda pandangan, aku hanya mencoba melihatnya dari sisi yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Money

Syukuran (ala Cina) PLTU Celukan Bawang

15 Agustus 2015   00:08 Diperbarui: 15 Agustus 2015   08:25 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Penggunaan aksara Mandarin di PLTU Celukan Bawang (sumber : Tribunnews)"][/caption]

Pada hari Selasa tanggal 11 Agustus 2015 yang lalu, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima kunjungan kehormatan Menteri Pembangunan Nasional dan Reformasi Republik Rakyat Cina(RRC) Xu Shaoshi, di Kantor Wakil Presiden. Selain membicarakan hal-hal penting lainnya, Shaoshi juga menyampaikan bahwa hari itu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang di Bali secara resmi mulai beroperasi. Demikian informasi yang diperoleh dari situs http://wapresri.go.id.

Dengan adanya PLTU ini diharapkan kebutuhan listrik Bali terpenuhi. Pembangunan PLTU ini sendiri dikerjakan oleh perusahaan dari Cina China Huadian Engineering Co. Ltd (CHEC) yang menggandeng perusahaan lokal PT General Energy Bali dengan  jumlah pekerja konstruksi mencapai 1.500 orang sementara untuk pengoperasian dan pemeliharaan nantinya memerlukan tenaga kerja sebanyak 500 orang. Saat ini, baik tenaga kerja konstruksi maupun tenaga operator dan pemeliharaan masih didominasi oleh tenaga dari Cina. Nantinya akan dilakukan alih teknologi secara bertahap. (sumber : Antara Bali)

Kontroversi

[caption caption="Pemeriksaan tamu ke dalam kompleks (sumber : kaskus)"]

[/caption]

Mencari tahu bentuk kerjasama seperti apa antara CHEC Ltd dengan PT GEB di internet cukup sulit. Antaranews.com (20/10/2010) hanya menyisipkan berita penandatanganan kerjasama pembangunan proyek PLTU Celukan Bawang antara Indonesia dan Cina saat kunjungan Wapres Budiono ke Beijing. Bahkan dalam situs www.esdm.go.id, jauh sebelumnya pada 22 Maret 2007, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, ikut menyaksikan penandatangan proyek-proyek di lingkungan ESDM yang salah satunya adalah proyek pembangunan PLTU Celukan Bawang ini.

Kita hanya dapat menduga-duga bahwa CHEC Ltd (saham mayoritas) dan PT GEB ini nantinya akan mengoperasikan PLTU ini sebagai pemilik investasi sementara listrik yang dihasilkan akan dijual ke PLN untuk pendistribusiannya. Kontinuitas perolehan batubara juga tidak jelas apakah diadakan oleh perusahaan lokal atau sekaligus ditambang oleh CHEC.

Peresmian PLTU ini sendiri sempat menimbulkan kontroversi dan membuat heboh warga netizen. Tersebar berita bahwa peresmian PLTU tersebut hanya dihadiri oleh pekerja asal Cina tersebut tanpa sama sekali dihadiri oleh pekerja Indonesia. Entah bagaimana peristiwa ini bisa terjadi. Apabila memang di dalam kontraknya terdapat perjanjian seperti itu tentu kita tak bisa berbuat apa-apa. Tetapi setidaknya hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita di dalam membuat perjanjian sejenis pada proyek-proyek berikutnya yang menyertakan pemodal asing jangan sampai sangat merugikan masyarakat kita.

Banyak Masalah

[caption caption="Syukuran PLTU Celukan (sumber : internet)"]

[/caption]

Bisa jadi peresmian itu dilakukan secara internal perusahaan mereka. Katakanlah semacam syukuran setelah menyelesaikan pekerjaan konstruksi mereka dan tanda dimulainya pengoperasian PLTU tersebut. Barangkali investasi ini mutlak milik mereka. Seluruh biaya bisa jadi 100% berasal dari mereka, mulai dari pembebasan lahan sampai pengadaan materialnya.

PT GEB tampaknya hanya sebagai pendamping ecek-ecek saja sehingga pekerja Indonesia nihil perannya. Seolah perusahaan Cina ini hanya memanfaatkan warga masyarakat hanya sebagai konsumen dari produk mereka. Bahkan ketika "syukuran" itu berlangsung, pihak keamanan yang memeriksa tamu juga merupakan warga Cina.

Sebagai sebuah perusahaan yang mencari laba, adalah wajar bila mereka semata mencari keuntungan. Akan tetapi wajar juga bila warga sekitar memperoleh manfaat dari adanya perusahaan tersebut, bukan hanya manfaat sebagai konsumen saja.

Masyarakat sendiri sempat menolak pemasangan kabel dan jaringan karena dianggap tidak menguntungkan mereka. Bahkan pemerintah daerah setempat juga mempermasalahkan timbulnya masalah lingkungan terhadap titik pembuangan limbah dari PLTU tersebut.

Pemerintah kabupaten juga sempat mengancam akan menutup proyek ini bila perusahaan tidak memenuhi 3 permintaan Pemkab Buleleng, yaitu masalah bagi hasil kepada pemerintah daerah, profil perusahaan, serta jaminan perusahaan terhadap lingkungan. 

Masalah lain adalah penggunaan bahasa Mandarin pada semua petunjuk pemakaian. Bahkan nama dari PLTU ini sendiri menggunakan aksara Mandarin.

Kesimpulan

Sebagai warga Indonesia biasa, saya hanya bisa menyimpulkan bahwa pelonggaran persyaratan penanaman modal di Indonesia hanya merugikan negara kita. Negosiasi kontrak kerjasama tampaknya lemah di sisi Indonesia, sehingga negara kewalahan memberikan sanksi.

Alangkah baiknya bila negosiator kontrak kerjasama selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Jangan lagi bangsa ini dibodoh-bodohi oleh bangsa asing hanya karena kita terdesak akan kebutuhan yang tidak bisa kita penuhi sendiri. Ingatkah kita akan penjualan gas ke negara Cina yang begitu murah? Andaikata negosiator kontrak ini mendapat keuntungan pribadi, hendaknya janganlah sampai mengorbankan bangsa dan negara sendiri.

Miris. Sampai berapa puluh tahun pengoperasian PLTU ini dilakukan oleh perusahaan Cina ini?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun