Mohon tunggu...
Irwansyah Ryuzaki
Irwansyah Ryuzaki Mohon Tunggu... lainnya -

Mencoba mencintai Alam dengan memahami Diri

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Larut ke Laut

19 Desember 2014   05:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:59 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamu’alaikum…

Siang yang cerah, angin laut merayuku menuju pantai untuk sejenak menikmati semilirnya. debur ombak yang tak kalah gagah sesekali menunjukkan kegarangannya, karena keadaan laut  di daerah Balikpapan dan sekitarnya masih di selimuti angin selatan, terkadang Angin Barat bertiup dengan hebatnya. padahal bulan-bulan (Oktober-Desember) diakhir tahun, jatah untuk air laut untuk memamerkan keteduhannya, mungkin karena perubahan cuaca dan iklim yang tak menentu membuat segalanya berubah.

Satu dua langkah tanah ku jejaki, karena memang jarak antara rumah dan pantai tak begitu jauh, letaknya bersebelahan dengan Bandara Sepinggan, yang katanya mendapat predikat ‘Salah satu Bandara Termewah’ Di Indonesia. sembari melihat keadaan pantai yang jauh dari kesan bersih, sampah bertebaran dimana-mana. Plastik, botol, bekas makanan dan kawan-kawannya seakan tertawa riang menyambutku siang itu. Mungkin ada yang bertanya mengapa pantai jadi kotor?  Warga disekitar rumah sudah tidak membuang sampah mereka lagi ke laut, setelah ada kesepakatan bersama “dilarang mengotori laut”, dan program tersebut telah dijalankan disertai dengan pengawasan. Namun apa lacur, aliran air tidak diam, pun sungai tidak hanya satu. setelah kutelusuri sampah-sampah tadi berasal dari mereka yang tinggal jauh dari laut, menetap dipinggiran sungai/kali tanpa peduli keadaan dan kondisi, mereka membuang sampah-sampah tersebut seenaknya, walaupun tidak semuanya, namun rata-rata  oknum yang tinggal didaerah tersebutlah yang punya andil besar dalam “mendandani” pantai.

Telah beberapa kali kami gotong royong membersihkan pantai, bahkan melibatkan pejabat dan instansi terkait. Tapi keadaan geografis dan angin laut serta belum sadarnya oknum masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran sungai, membuat sampah tak pernah menyerah untuk terus datang menghiasi bibir pantai yang kami tinggali.

Apa akibat dari banyaknya sampah yang mengalir ke laut?

Mungkin telah banyak dibahas, baik oleh perorangan maupun organisasi/lembaga yang ahli dibidangnya. Dampak langsung ketika kita sengaja ataupun tidak, turut serta mengotori salah satu anugerah Tuhan terindah yaitu laut adalah :

1.Pemandangan pantai jadi terganggu

Tak perlu pembahasan lebih jauh, dimanapun kita berada sampah adalah masalah utama bagi yang sadar akan kebersihan. Tak elok rasanya jika banyak sampah berserakan dan dibiarkan karena merusak pemandangan.

2.Ekosistem laut perlahan akan rusak

Beberapa jenis sampah, Karena air hujan yang melewati aliran sungai membawa sampah-sampah tersebut bermuara kelaut. sampah plastik bekas,  botol kaca, ban bekas mengendap dilaut, perlahan tapi pasti akan merusak keseimbangan dasar laut karena beberapa dari jenis sampah tersebut butuh waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk dapat terurai. Beberapa pengebom ikan dan alat tangkap pukat harimau juga berperan dalam merusak laut dan pantai.

3.Pesan buruk tersembunyi untuk generasi nanti.

Ini adalah dampak yang jarang disadari o/ kebanyakan orang tua kepada anaknya. Jika jalan-jalan kepantai bersama keluarga hendaklah anak diberi pengetahuan tentang keadaan pantai yang didatangi. Sampaikan kepada mereka jika ada hal-hal yang tampaknya penting dan dapat dijadikan bahan diskusi. misalkan mengapa ada sampah yang mengotori pantai, darimana sampah tersebut berasal. Karena jika tidak, mereka akan berfikir bahwa orang-orang seenaknya saja membuang sampah, entah kapan kelak akan di ikuti oleh mereka. karena anak mengamati dan mencontoh apa yang didapat dilingkungan sekitarnya. Bukan hanya pada saat dipantai tentunya, komunikasi dua arah antara anak dan orang tua sangat penting untuk dilakukan.

Solusi

untuk menyingkirkan sampah-sampah yang berserakan dilaut bukanlah pekerjaan ringan, diperlukan sikap dari pemangku kebijakan dan seluruh masyarakat. Mungkin dengan dibuatnya peraturan dan pengawasan yang tegas serta sosialisasi tentang bahaya sampah bagi ekosistem laut dan pantai kepada masyarakat. Karena kebiasaan buruk yang telah berurat akar sudah sangat sulit untuk dihilangkan, tetapi bukan tidak bisa, jika kita mau bersama-sama bekerja dengan hati dan tanpa pamrih. semoga…

Ini hanya sekedar reportase ringan dari seseorang yang bukan siapa-siapa, seseorang yang peduli dengan generasi masa depan yang akan merawat dan melanjutkan keseimbangan salah satu bagian bumi dengan penuh kesadaran akan pentingnya fungsi dan tugasnya sebagai manusia, walaupun hanya dengan kata-kata. Mengutip orang bijak pernah berujar “kata-kata adalah Doa, dan Doa adalah selemah-lemahnya Iman.

Aku hanya coba mengambil sedikit manfaat darinya, memungut beberapa barang bermanfaat yang mungkin bisa didaur ulang. Sambil terus bergotong royong membersihkan pantai dengan atau tanpa keterlibatan pemerintah.

Air mengalir sampai jauh,,,akhirnya ke LAUT.

Sepinggan,  Desember 2014

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun