Mohon tunggu...
IRWAN ALI
IRWAN ALI Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti di Lingkar Data Indonesia

"Seseorang boleh saja pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis maka ia akan dilupakan oleh sejarah" - @Pramoedya_Ananta_Toer

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Saya Golkar, Saya None"

21 Juni 2013   19:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:38 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Teror" Nurdin Halid kepada sejumlah kader Golkar Makassar, akan memecat kader yang tidak mendukung calon Walikota Makassar usungan Golkar, Supomo-Kadir menuai reaksi. seperti yang telah diprediksikan sebelumnya, bahwa akan terjadi perlawanan benar adanya. Maqbul Halim, mantan juru bicara SAYANG jilid II, yang juga tercatat sebagai fungsionaris DPD I Golkar Sulsel sudah mulai angkat bicara. Bahwa Nurdin Halid sangat subjektif. Maqbul bahkan menilai bahwa Nurdin tebar ancaman sana-sini karena kepentingan adiknya, Kadir Halid.

Pernyataan Maqbul tersebut sebagai reaksi atas kritik Hurdin Halid yang menganggap Syahrul Yasin Limpo tidak mendukung Supomo-Kadir karena tidak ikut menghadiri Deklarasi yang diselenggarakan di Stadion Andi Mattalatta Makassar. Padahal kata Maqbul, SYL memang jarang menghadiri deklarasi pasangan kandidat kepala daerah yang diusung Golkar di berbagai event pilkada di Sulsel.

"Mengapa tidak dari dulu Pak Nurdin protes? Mengapa baru sekarang mempermasalahkan ketidak-hadiran Pak Syahrul? Apakah karena yang maju ini adiknya? Ini sangat subjektif," kata Maqbul seperti yang dikutip beberapa media cetak di Makassar.

Kisah teranyar adalah banner yang tersebar massif di ruas-ruas jalan strategis di Makassar yang bertuliskan "Saya Golkar, Saya None".

Banner tersebut sebenarnya menegaskan bahwa ancaman Nurdin Halid tidak akan banyak berpengaruh untuk mensolidkan dukungan kader Golkar ke pasangan SuKa. Sisi lain, banner tersebut dapat ditafsirkan sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap Nurdin Halid yang dinilai otoriter.

Pasca majunya None (Sapaan Irman Yasin Limpo) sebagai kandidat Walikota Makassar berpasangan dengan Ketua PAN Kota Makassar, Busrah Abdullah, memang mementahkan sejumlah analisa politik sebelumnya. Kehadiran None sebagai kontestan merubah secara drastis peta politik yang ada.

None, selama ini disebut-sebut memiliki banyak loyalis di tubuh Golkar Makassar maupun Sulsel. Sinyalemen itu rasional, karena selain sebagai adik kandung Ketua DPD I Golkar Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, None juga selalu menjadi aktor belakang layar dalam setiap event politik yang melibatkan Golkar di Sulawesi Selatan. Keahliannya merangkai strategi pemenangan itu pulalah yang membuat adik kandung SYL ini dipercaya sebagai pengendali sejumlah mesin pemenangan pada pasangan SAYANG di Pilgub 2007 dan 2013.

Interaksi yang begitu panjang dengan sejumlah kader Golkar di Sulsel memang memungkinkan None punya banyak loyalis ditubuh Partai berlambang beringin tersebut.

None maju sebagai Calon Walikota berpasangan dengan Busrah Abdullah diusung oleh Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Amanat Nasional.

Kubu SuKa rupanya tidak mau kalah begitu saja. Beberapa hari terakhir juga muncul issu, "Saya PPP Pilih SuKa". Boleh jadi tagline ini untuk menangkis provokasi issu yang dilempar oleh kubu None. Tim SuKa ingin menjawab klaim-klaim kubu None, bahwa kader partai pengusung Nonepun banyak yang menelikung ke kandidat lain. Jadi sama saja.

Sebagai kandidat yang belakangan muncul, None memang butuh banyak improvisasi. Hal ini dilakukan untuk memancing polemik di media massa. Juga dapat disebut strategi untuk merebut perhatian media massa. Dengan demikian, wacana tentang None akan terus bergulir di media, dan itu berarti memori publik akan terus menerus disegarkan bahwa ada kandidat Walikota Makassar yang bernama None, alias Irman Yasin Limpo.

Pada sisi lain, gerakan-gerakan "Nakal" Timses None dilakukan untuk mempengaruhi psikologi timses Golkar agar sibuk menangkis serangan-serangan isu, lalu melupakan persoalan lain yang lebih substantif. Toh kalau tidak lupa, minimal kewalahan. Waktu tersita untuk mengurusi issu yang dilempar oleh lawan.

Harus diakui, Kubu None memang kreatif. Mereka mampu memainkan psikologi lawan. Ibaratnya, tim None kini yang sedang menabuh gendang, lalu Tim Suka bergerak menari mengikuti tabuhan gendang tersebut.

Jika cerdas, saya kira Tim SuKa harus bisa keluar dari desain situasi yang dicipta Tim None. Jika tidak, maka hampir pasti, SuKa akan terus jadi bulan-bulanan None. Begitukah? Hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun