Mohon tunggu...
IRWAN ALI
IRWAN ALI Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti di Lingkar Data Indonesia

"Seseorang boleh saja pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis maka ia akan dilupakan oleh sejarah" - @Pramoedya_Ananta_Toer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Santun dan Tumbangnya Kader Sang Presiden

2 Maret 2013   00:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:28 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sengkuni adalah tokoh dalam cerita Mahabarata yang berwatak licik, culas, dan jahat. Sengkuni adalah paman sekaligus pengasuh Kurawa. Setiap waktu Sengkuni mengobarkan api kebencian dalam hati Kurawa untuk memusuhi Pandawa. Siapakah Sengkuni yang dimaksud Anas? Entahlah, yang pasti kelompok yang diyakini Anas sebagai pihak yang mensetting dan menginginkan tumbangnya Anas dari posisi sebagai ketua umum partai.

"Sampai pada saat ini saya masih mengenakan jas kebesaran partai, tapi segera setelah ini, saya akan menanggalkannya dan segera menjadi manusia bebas yang merdeka," demikian kata Anas dalam pidatonya pada detik-detik akhir pengunduran dirinya sebagai ketua umum.

Pada bagian lain, Anas mengatakan, ini baru halaman pertama. Halaman-halaman berikutnya akan kita baca secara bersama-sama.

Kalimat-kalimat Anas ini sebenarnya adalah sebuah penegasan bahwa dia akan melawan. Kalimat yang paling menarik dicermati adalah "... Segera akan menjadi manusia bebas yang merdeka". Merdeka dari apa?

Kalimat tersebut menurut saya mengisyaratkan akan menyerang internal partai Demokrat. Ketika yang bersangkutan mundur dari Partai dan menyatakan telah bebas dan merdeka, tentu saja yang dimaksudkan adalah dia tidak lagi punya beban untuk berbicara termasuk jika pembicaraannya itu akan berefek negatif pada partai demokrat.

Apakah benar demikian? Entahlah, sebaiknya kita menunggu saja halaman kedua dari buku Anas, "Politik Para Sengkuni".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun