Mohon tunggu...
IRWAN ALI
IRWAN ALI Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti di Lingkar Data Indonesia

"Seseorang boleh saja pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis maka ia akan dilupakan oleh sejarah" - @Pramoedya_Ananta_Toer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Amma Toa Dalam Pusaran Transaksi Kebudayaan

9 April 2011   15:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:58 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini Kebudayaan Kajang sedang berada dalam pusaran transaksi kebudayaan, jika tidak ingin dikatakan sedang dalam proses akuisisi kebudayaan. Sebuah proses dimana kebudayaan di dekonstruksi sekaligus di konstruksi menurut selera dan kepentingan pihak yang meng-akuisisi.

Revitalisasi Budaya
Sesaat lagi, Kebudayaan Kajang hanya akan ditemui di buku-buku sejarah, itupun kalau ditulis. Anak-anaknya akan asing terhadap budaya leluhurnya. Bahkan mungkin merasa gengsi/malu untuk mengakui budaya leluhurnya yang terpinggirkan itu.

Menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat Bulukumba, khususnya pemerhati Budaya untuk mencipta program aksi dalam hal penguatan budaya. Pemerintah daerah juga selaku pihak pelindung jangan hanya berdiam diri menyaksikan Kebudayaan Kajang yang sedang Sakaratul Maut.

Mesti ada langkah-langkah strategis untuk menciptakan posisi tawar kebudayaan. Hal ini penting diperhatikan jika tidak ingin kebudayaan itu diakuisisi alias di telan mentah-mentah oleh kebudayaan dominan.

Betul, melawan narasi globalisasi dengan perangkat modernity-nya adalah hal yang mustahil. Kekuatannya yang demikian besar bisa membuat budaya kita hilang dalam sekejap, seperti debu yang tertiup angin.

Tetapi memanfaatkan kekuatan-kekuatan itu untuk merevitalisasi budaya Kajang juga adalah hal yang niscaya. Dari sinilah kejelian dan kepekaan pemerintah daerah maupun pihak lain dituntut untuk mencipta peluang.

Salah satu tawaran dari penulis adalah memunculkan sarung hitam sebagai ikon masyarakat Bulukumba. Langkah pertama bupati bisa membuat Perda tentang keharusan PNS se-Kabupaten Bulukumba untuk memakai sarung hitam pada hari tertentu. Penjualan sarung hitam itu sendiri tidak boleh berada di luar wilayah Kajang.

Jika ini dilakukan, setidaknya dapat: pertama, meningkatkan taraf penghasilan bagi pengrajin sarung hitam yang tentu saja hanya ada di kawasan Amma Toa. Persoalan sarung hitam ini, penjualan mereka selama ini hanya terjadi di antara mereka saja, yakni jika ada acara adat. Kedua, sebagai bentuk nyata dari penguatan budaya Kajang.

Penulis yakin, banyak ide yang bisa lahir jika Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba berkenan untuk turut andil dalam menyelamatkan kebudayaan Kajang, Kebudayaan Amma Toa dengan falsafahnya yang mengagumkan, 'Tukamase-Masea'

Gowa, 9 April 2011
Di sebuah Rumah Sempit Jelang Tengah Malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun