Mohon tunggu...
Irwan E. Siregar
Irwan E. Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Bebas Berkreasi

Wartawan freelance, pemerhati sosial dan kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengunjungi Wisata Religi Tuan Guru Sapat

22 Maret 2023   15:10 Diperbarui: 22 Maret 2023   15:19 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TERPENCIL dan jauh dari kota Tembilahan. Untuk datang ke sana ditempuh sekitar 20 menit dengan speedboat berkecepatan tinggi.

Namun, Kampung Hidayat di Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuala Indragiri (Kuindra), Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) selalu ramai dikunjungi. Apalagi pada Sabtu, Ahad, dan hari libur lainnya.

Untuk menyambut kedatangan tamu yang turun dari perahu, warga menyiapkan puluhan kendaraan bermotor ojek. Setiap ojek diatur jadwal keluar masuknya di papan tulis besar. Tarif ojek Rp 10 ribu sekali antar.

Kampung Hidayat telah menjadi kawasan wisata religi yang cukup ramai. Penjual souvenir tampak berderet di tepi jalan masuk. Mirip di Bali, Yogya, atau Tomok di tepi Danau Toba.

Wisatawan yang datang berasal dari berbagai penjuru. Dari Kalimantan, Malaysia, Singapura, dan sebagainya.

Sebuah mesjid besar menyambut kedatangan wisatawan. Tidak ada tempat pemandian atau tempat peristirahatan yang nyaman. Berbelok ke kiri, di ujung jalan justru terdapat bangunan lain mirip mesjid dalam ukuran lebih kecil.

Di dalam bangunan inilah terdapat makam  Tuan Guru Syekh Abdurrahman Siddiq atau yang akrab disapa Tuan Guru Sapat. Ia merupakan guru agama dan mufti Kesultanan Indragiri Riau yang cukup tersohor. Banyak memiliki murid yang berasal dari negeri Malaysia, Singapura, Kalimantan, Jambi dan Palembang.

Dilahirkan di kampung Dalam Pagar, Martapura, Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan pada tahun 1867 M (1284H). Guru Sapat adalah ulama asal tanah Banjar keturunan dari Syekh Arsyad Al Banjary atau Datu Kelampayan.

Sebelum menetap di Sapat, Indragiri Hilir, ia sempat  merantau ke Padang  menemui pamannya As"ad. Di sana ia menjadi penyepuh emas sembari berdakwah ke pelosok Sumatera Barat berbekal ilmu agama yang telah didapatkannya di Pesantren sewaktu kecil.

Pada 1886 ia memutuskan ke Mekkah untuk lebih mendalami ilmu agama. Tujuh tahun kemudian Tuan Guru pulang ke kampung halaman di tanah Banjar Kalimantan Selatan. Lalu ke Bangka Belitung menemui ayahnya, Muhammad Affif, yang merantau ke sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun