Mohon tunggu...
Irwan E. Siregar
Irwan E. Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Bebas Berkreasi

Wartawan freelance, pemerhati sosial dan kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Number One untuk yang Number One

9 Februari 2022   07:33 Diperbarui: 9 Februari 2022   09:22 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Press Card Number One. (Foto: potretnews.c

HPN 2022

HARI Pers Nasional (HPN) diperingati hari ini di Kendari, Sulawesi Tenggara. Seperti biasa, saat itu juga diberikan hadiah kepada para kampiun yang memenangkan lomba karya jurnalistik Adinegoro.

Lomba ini cukup bergengsi karena diikuti para wartawan kawakan. Aku ingat, saat masih SMA pada 1970-an, membaca tulisan wartawan Kompas, Maruli Tobing, kalau tak salah berjudul: Dengan Truk Menyusuri Pulau Jawa. Tulisan yang digabung bersama seorang wartawan lain itu terasa sangat hidup, sehingga mendapat hadiah Adinegoro. Karya tulis seperti inilah yang ikut memacu hasratku menjadi wartawan.

Aku yakin, kini karya tulis yang ditampilkan para finalis tentu lebih bagus lagi. Apalagi tim jurinya kali ini kebetulan satu alumni denganku di Majalah TEMPO, Putut Tri Husodo. Alumni IPB ini piawai menulis berita. Sampai sekarang aku suka membaca tulisannya yang dishare ke facebook dari portal Indonesia.com.

Dalam keterangan yang kubaca di sebuah portal, Putut mengatakan untuk tahun ini juara 1 lomba karya tulis kategori media cetak menulis tentang Covid-19 dengan sangat lengkap, akurat, tapi tetap enak dibaca - biarpun sedikit agak kaku. Wartawannya sampai membawa sampel ke laboratorium di ITB Bandung. Istilah kami dulu,  ini sama dengan meliput sampai berdarah-darah.

Aku yakin para finalis lainnya juga membuat karya tulis terbaik mereka, sehingga bisa masuk nominasi. Maka, alangkah baiknya jika mereka-mereka ini sebenarnya yang layak mendapatkan kartu pers atau Press Card Number One (PCNO).

Seperti diketahui, saat kepemimpinan Margiono di PWI Pusat, mulai ditradisikan pemberian PCNO kepada para wartawan. Tokoh pers Dahlan Iskan, Jacob Utama dan yang lainnya termasuk yang sudah mendapatkannya.

Namun, belakangan ini semakin tidak jelas kriteria  penerima PCNO. Kalau disebutkan diutamakan kepada wartawan senior, banyak juga yang lebih junior mendahului. Ada cabang mengusulkan nama-nama wartawan, tapi hanya sebagian yang disetujui. Anehnya, kemudian muncul nama-nama lain yang tak diusulkan. Seperti penumpang gelap saja.

Bahkan, yang lebih seru lagi, ada pegawai negeri sipil ( PNS) yang mendapatkan kartu ini. Padahal pada Kongres PWI di Solo pada 2018, disepakati PNS tidak boleh lagi menjadi anggota PWI. Karena itu PWI harus mencabut kartu anggota atau kartu dikembalikan ke PWI.

Kalau PCNO sudah  dijadikan barang obralan, maka kartu ini akan menjadi tidak bergengsi lagi. Padahal, seperti namanya Number One, untuk mendapatkan kartu selayaknya harus dengan perebutan. Para pemenanglah yang layak mendapatkan kartu ini. Sesuai namanya kartu pers, maka para jurnalis tulen yang berjuang mati-matian mengumpulkan lalu meramu menjadi berita yang berhak mengantonginya.

Dengan begitu bukan berarti mengabaikan anggota PWI lainnya yang sudah bertungkus lumus memajukan organisasi ini. Juga bukan melupakan para senioren dan para anggota lainnya.

Justru, untuk memberikan rasa hormat yang tinggi, PWI sebaiknya mengeluarkan kartu khusus seperti kartu ATM. ada kartu PWI yang silver, gold, dan platinum. Dengan begitu, para pemegang kartu ini tetap memiliki gengsi yang sama, biarpun selama ini lebih banyak membuat berita kloning atau kopipaste. (irwan e. siregar)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun