Mohon tunggu...
Irwan Maulana
Irwan Maulana Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

It isn't end game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Optimis Sambut Indonesia Emas dengan Makan Bergizi Gratis

2 November 2024   13:52 Diperbarui: 2 November 2024   13:58 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia di tahun 2045 akan mengalami bonus demografi. Bonus demografi ini ditandai dengan meningkatnya populasi usia produktif sehingga menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk memberikan sumbangsih terbaik bagi dunia. Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang kaya dan sumber daya manusia yang melimpah sehingga peluang menjadi negara maju sangat terbuka lebar bagi kita semua.

Pemberian makan bergizi gratis bagi anak sekolah dan pesantren serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil adalah langkah awal untuk membentuk generasi emas. Bagaimana anak-anak kita dapat menjadi anak yang berprestasi bila gizinya tidak terpenuhi? bagaimana anak-anak kita dapat menjadi juara dunia jika sejak dalam kandungan sudah kalah karena asupan yang diberikan tidak bergizi?

Direktur Utama PT Berdikari Harry Warganegara mengatakan konsumsi daging di Indonesia masih rendah yaitu 2,66 Kg per kapita pertahun. Angka ini masih di bawah rata-rata standar dunia yaitu sebesar 6,4 kg pertahun. Pada tahun 2021, OECD melaporkan konsumsi daging di dalam negeri masih di bawah rata-rata dunia. Berdasarkan jenis hewan, konsumsi daging ayam Indonesia hanya sebesar 8,1 kilogram (kg) per kapita pada 2021 sedangkan rata-rata dunia mengonsumsi sebesar 14,9 kg per kapita.

Konsumsi daging sapi setali tiga uang. Konsumsi daging sapi di Indonesia sebesar 2,2 kg per kapita bandingkan dengan rata-rata dunia sebesar 6,4 kg per kapita. Konsumsi daging domba di Indonesia hanya 0,4 kg per kapita di bawah rata-rata dunia 1,3 per kapita (indonesia.go.id). Jika dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia masih tertinggal. Konsumsi daging sapi di Malaysia mencapai 5,72 Kg/kapita/tahun dan daging ayam sebesar 50,48 kg/kapita/pertahun.

Mengutip dari (www.rri.co.id) KBRN, Manado: Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI sering memberikan informasi terkait ragam manfaat sayur dan buah bagi tubuh manusia, berfungsi sebagai antioksidan dan kaya akan berbagai vitamin dan mineral. Namun, Badan Pangan Nasional menyebutkan data bahwa 96,7 persen orang Indonesia kurang makan sayur dan buah.

Berdasarkan penjelasan di atas maka wajar saja jika angka stunting di Indonesia masih tinggi. di Era Jokowi mengalami penurunan dari 37% di tahun 2014 menjadi 21% di tahun 2022. Penurunan 16% dalam waktu 8 tahun adalah pencapaian yang cukup baik. Selain itu, di bawah pengawasan Wakil Presiden, pemberian bantuan nutrisi langsung dilaksanakan ke keluarga rawan stunting (KRS) dengan total kurang lebih 21 juta keluarga.

Saat ini, pemerintah di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto dengan serius menekan angka stunting demi menyambut Indonesia emas melalui pemberian makan bergizi untuk sekolah dan pesantren serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil. Meskipun pada tahun 2022 angka stunting di Indonesia sebesar 21%, jika populasi muda Indonesia ada 100 juta orang, artinya 21 juta orang mengalami gagal tumbuh dan berpotensi untuk sulit hidup. Oleh karena itu, program makan bergizi dan bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil ini adalah bukti pemerintah serius menekan angka stunting di Indonesia dan membentuk Indonesia emas.

Indonesia adalah negeri yang kaya dan memiliki sumber daya manusia yang begitu melimpah. Kunci Indonesia maju terletak pada sumber daya manusianya. Oleh karena itu, langkah awal untuk menyongsong Indonesia emas adalah dengan pemenuhan gizi yang baik dan cukup bagi generasi muda penerus estafeta bangsa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun