Mohon tunggu...
Irwan DwiPriyantono
Irwan DwiPriyantono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

semangat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kupas Tuntas Pemikiran Erving Goffman

18 Oktober 2022   10:43 Diperbarui: 18 Oktober 2022   10:46 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Erving Goffman

Pemikiran Beliau yang paling terkanal adalah drama turkey. Erving Goffman lahir pada tanggal 11 juni 1922 di kanada. Goffman mendapatkan gelar s1 di universitas Toronto dan ia mendapat gelarnya di univesitas Chicago.  Ia dikenal sebagai etnometodologi. 

Karya terbesar erving Goffman ialah " the presentation of self in erveryday life dan didalam buku ini dijelaskan pemikiran besarnya ialah drama turkey. Goffman wafat pada 19 november 1982 yang pada saat itu ia lagi pada masa kejayaan sebagai tokoh sosiologi dan kemudia menjadi professor jurusan sosiologi di universitas California.

Erving Goffman menyoroti tentang masalah-masalah interaksi antara orang dan simbol. Interaksionisme simbolik Goffman selalu mengacu konsep-konsep ipresi, manajemen rolldisten yang dimana ketiganya bertumpuh pada konsep peranan the self dan the order.

Pemikiran Goffman dalam drama turki yang salah satunya tentang stigma

Dalam tahun 1945 terdapat seorang tokoh yang bernama kenenth dupaburker ini teoritis dari amerika yang memperkenalkan konsep dramatisme sebagai metode untuk memahami fungsi sosial dari Bahasa dan drama sebagai peta simbolik kata dan kehidupan sosial. Menurut burker, tujuan dari dramatisme ini memberikan kejelasan logis untuk memahami motif tindakan manusia. 

Oleh karena itulah dramatisme ini memperlihatkan Bahasa sebagai model tindakan simbolik ketimbang model pengetahuan. Dari sinilah erving Goffman lebih jitu mengembangkan konsep pemikiran tentang dramatisme ini yang kemudian dia memperdalam kajian dramatisme yang menyempurnakan dalam bukunya yang terkenal sebagai salah satu sumbangan terbesar bagi teori ilmu sosial. Dalam buku ini Goffman memperdalam kajian interasionisme simbolik yang mengemukakan konsep drama turki.

Istilah drama turki terkenal dengan pengaruh drama teater/pertujukan fisik diatas panggung yang dimana seseorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut yang mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan. Terdapat 2 konsep dalam drama turki yaitu panggung depan dan panggung belakang. Didalam panggung depan yaitu area petunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksian pertunjukan dan dalam bagian panggung depan dibagi menjadi 2 bagian yaitu ada

1. seting yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika sang aktor memainkan peran

2. personal front yaitu macam perlengkapan sebagai pembahasaan perasasan dari sang aktor

Dalam panggung depan impres manajemen selalu dilakukan dalam konteks spontan dan tanpa spontan. Secara spontan misalnya dia ingin terlihat orang yang humoris. Lalu ada juga yang dipersiapkan dengan matang oleh individu yang disebut wegipone itu.

Panggung belakanng tempat individu mempersiapkan peran/berlatih memainkan perannya untuk di panggung depan. Dipanggung belakanglah karakter individu terlihat karakter aslinya.Dalam panggung belakang karakter individu tidak terlihat memaksa individu dalam melakukan kegiatan.

Terkadang drama turki itu ketika berada di panggung depan kita melakukan yang Namanya proses pecitraan. Pecitraan disini bisa positif dan negatif. Setiap kita melakukan drama turki itu pasti ada tindakan sosial, tindakan sosial ini yang dikatakan max weber yaitu adanya motif. Oleh karena itulah setiap individu ini pada hakikatnya melakukan drama turki baik dilakukan drama turki didalam lingkungan hidup didalam keluarganya/dalam masyarakatnya.  Tetapi pada saat kalian di panggung depan tidak sama yang kalian ingin tiru/imitasi. Kalian meniru/imitasi sosial tidak bisa 100% berhasil karena menurut Goffman ada sesuatu yang kadang kita melakukan sesuatu tidak bisa copy paste terhadap proses imitasi sosial orang lain yang disebut bigcharakter.oleh karena itulah dalam proses kita melakukan drama turki terkadang motif yang ingin kita capai dalam konteks relasi kita dengan penonton ini kadang motifnya tidak sesuai apa yang mau kita capai. Dalam melakukan drama turki kita harus memperhatikan momentumnya. Jika tidak pas kita melakukan motif yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun