Keenam, meski kadang terlihat cuek, Gen Z sebenarnya punya semangat gotong-royong yang tinggi, terutama untuk isu yang mereka anggap seksi. Bentuk "Gerakan Solidaritas Digital", semacam 'paskibraka' dunia maya yang mempersatukan Gen Z dari Sabang sampai Merauke dalam misi melawan polarisasi.
Terakhir, ingatlah bahwa Gen Z bukan kelompok yang seragam. Ada yang sudah jago coding sejak SD, ada pula yang baru kenal internet kemarin sore. Maka, kembangkan program yang inklusif. Jangan sampai ada yang tertinggal dalam revolusi literasi digital ini.
Menghadapi Pilkada 2024, kita tak bisa lagi bersembunyi di balik selimut censorship yang nyaman. Generasi Z, dengan segala keunikannya, adalah harapan terakhir kita. Mereka adalah Neo dalam film Matrix digital kita, yang bisa memilih: menelan pil biru dan tenggelam dalam ilusi, atau menelan pil merah dan bangkit melawan sistem yang korup.
Tantangan kita sekarang adalah bagaimana mengubah ide-ide ini dari sekadar wacana menjadi gerakan nyata. Dibutuhkan kolaborasi erat antara semua pihak: dari petinggi pemerintah hingga admin grup WhatsApp RT.
Jadi, tunggu apa lagi? Mari bersama-sama melatih para digital native ini menjadi prajurit tangguh di garis depan perang melawan hoax. Karena hanya dengan membangun benteng literasi digital yang kokoh, kita bisa berharap demokrasi kita tak hanya selamat dari badai Pilkada 2024, tapi juga tumbuh semakin kuat di tanah digital yang subur.
Siapa bilang Gen Z cuma bisa bikin konten lucu-lucuan? Lihat saja nanti, mereka akan jadi generasi yang menciptakan tawa sekaligus menjaga integritas informasi di negeri ini. Pilkada 2024 akan menjadi panggung debut mereka, dan kita semua akan menyaksikan lahirnya pahlawan-pahlawan digital baru. Bersiaplah, karena revolusi anti-hoax akan disiarkan langsung di feed media sosial Anda!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H