Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Merajut Koalisi Permanen atau Sementara? Dilema Kandidat dalam Pilkada Serentak 2024

21 Mei 2024   20:16 Diperbarui: 21 Mei 2024   20:30 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pilkada serentak 2024 yang akan diselenggarakan di seluruh wilayah Indonesia merupakan momentum penting dalam konsolidasi demokrasi lokal. 

Dalam setiap penyelenggaraan Pilkada, kandidat calon kepala daerah dihadapkan pada dilema strategis dalam merajut koalisi partai pengusung. 

Apakah mereka akan membangun koalisi yang bersifat permanen atau sementara? Kedua pendekatan ini menawarkan keuntungan dan tantangan tersendiri, yang perlu dipertimbangkan secara matang oleh para kandidat.

Koalisi Permanen: Menjaga Stabilitas dan Keberlanjutan

Merajut koalisi partai yang bersifat permanen merupakan strategi yang sering diadopsi oleh kandidat calon kepala daerah. Koalisi ini bertujuan untuk membangun kekuatan politik yang solid dan berkelanjutan, yang dapat bertahan melampaui satu periode kepemimpinan. 

Dengan koalisi permanen, kandidat dapat mengonsolidasikan basis pendukung secara lebih efektif, membangun program kerja yang konsisten, dan memastikan kontinuitas kebijakan dalam jangka panjang.

Salah satu keuntungan utama dari koalisi permanen adalah stabilitas pemerintahan. Dengan adanya dukungan kuat dari partai-partai koalisi, kandidat terpilih akan memiliki legitimasi yang kuat dan kemampuan untuk menjalankan program kerja secara efektif. 

Koalisi permanen juga dapat mencegah gejolak politik yang sering terjadi dalam koalisi sementara, di mana perpecahan internal sering terjadi akibat perbedaan kepentingan dan ambisi politik.

Namun, merajut koalisi permanen juga tidak lepas dari tantangan. Pertama, kandidat harus mampu menjembatani perbedaan ideologi dan platform partai dalam koalisi. Ini membutuhkan keterampilan negosiasi dan kompromi yang tinggi, serta kemampuan untuk mencari titik temu yang dapat diterima oleh semua pihak. 

Kedua, koalisi permanen dapat menimbulkan kekhawatiran tentang dominasi partai tertentu dalam pemerintahan, yang dapat mengurangi kebebasan dan independensi calon terpilih.

Koalisi Sementara: Fleksibilitas dan Keterbukaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun