Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat Pamungkas Capres: Sikap Hati-Hati dan Fokus pada Program

5 Februari 2024   13:32 Diperbarui: 5 Februari 2024   13:44 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sikap saling serang antar calon presiden yang mencuat pada debat-debat sebelumnya, nampaknya tidak dominan pada debat terakhir Pilpres 2024.

Tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden berdiri bersama di panggung pada sesi penutup Debat Putaran Kelima Calon Presiden Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (4/2/).

Para calon presiden tampil sangat hati-hati dalam debat terakhir ini. Hal ini diduga karena mereka berusaha menghindari sentimen negatif yang dapat memengaruhi elektabilitas mereka menjelang pemungutan suara delapan hari lagi.

Alih-alih berkonflik, para kandidat lebih memusatkan perhatian pada memperkenalkan program-program unggulan mereka masing-masing.

Menurut Suko Widodo, seorang pengajar Komunikasi Politik dari Universitas Airlangga, Surabaya, ketiga calon presiden cenderung bermain aman sepanjang debat.

Mereka lebih fokus pada mempromosikan program-program unggulan mereka daripada saling menyerang terkait kelemahan dalam jabatan publik yang mereka emban.

Hal ini dilakukan setelah melihat bahwa serangan antar kandidat pada debat sebelumnya justru memicu sentimen negatif dari publik.

Selain itu, ketiga calon presiden juga terlihat lebih santai dalam menghadapi kritik dari lawan.

Suko menyatakan bahwa para calon presiden menyadari bahwa pengaruh debat terhadap pemilih yang belum memutuskan pilihannya (undecided voters) relatif kecil, sehingga mereka lebih memilih untuk fokus pada kampanye lapangan.

Pendekatan langsung kepada masyarakat dianggap lebih efektif dalam memengaruhi perolehan suara dibandingkan dengan performa dalam debat.

Debat terakhir ini menyoroti mayoritas pemilih dari berbagai kalangan. Oleh karena itu, para kandidat berupaya menggunakan bahasa yang dapat menyentuh setiap lapisan masyarakat, sehingga debat lebih bersifat informatif.

Dalam debat tersebut, tidak terlihat adanya konflik antar kandidat sekuat pada debat-debat sebelumnya. Pernyataan dan jawaban dari kandidat atas berbagai isu sering kali memiliki kesamaan atau saling melengkapi.

Misalnya, Anies Baswedan memuji komitmen Prabowo terhadap kaum difabel, sementara Prabowo menyetujui pentingnya negara dalam tanggung jawab atas kesejahteraan guru dan dosen yang disuarakan oleh Anies. Ganjar Pranowo juga setuju dengan pendapat Anies tentang pentingnya kesadaran bahwa bansos harus diberikan kepada rakyat yang benar-benar membutuhkan.

Masing-masing kandidat juga menonjolkan program-program unggulan mereka. Anies, yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, memaparkan program-programnya terkait infrastruktur kota. Ganjar, yang menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, menekankan peningkatan kesejahteraan guru dan dosen. Sementara Prabowo, selain menyampaikan program-programnya, juga menyoroti peran pentingnya perempuan dan anak-anak dalam pembangunan.

Namun, dari segi substansi, terutama dalam isu kesehatan, terdapat kekurangan dalam pembahasan ketiga calon presiden. Beberapa isu kesehatan penting seperti program Jaminan Kesehatan Nasional, akses obat dan alat kesehatan, penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan, transparansi informasi kesehatan, pengendalian tembakau, serta peran tenaga kesehatan di garda terdepan, masih minim disinggung.

Meskipun demikian, kesadaran ketiga calon presiden akan pentingnya pendekatan promotif dan preventif dalam bidang kesehatan layak diapresiasi. Karena sebesar apapun alokasi anggaran dan jumlah tenaga medis yang tersedia, tantangan kesehatan yang dihadapi Indonesia akan tetap besar jika angka kesakitan tidak turun.

Debat terakhir ini menjadi penutup dari rangkaian debat kandidat peserta Pemilihan Presiden 2024, yang menyoroti berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.

Dengan semakin dekatnya tanggal pemungutan suara, langkah-langkah untuk mengendalikan sentimen negatif menjadi krusial bagi setiap kandidat, sementara pendekatan langsung kepada masyarakat di lapangan dianggap lebih berdampak dalam meraih dukungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun