Bukankah menarik melihat kandidat presiden mengusung gerakan khas mereka sendiri, seolah-olah mereka adalah bintang pop yang baru saja merilis lagu terbaru?
Semua ini adalah bagian dari upaya menciptakan citra yang lebih modern, menggantikan kesan kaku politik tradisional yang mungkin masih tertanam di benak pemilih muda.
Selebgram: Jembatan ke Hati Pemilih?
Tetapi, apakah goyangan dan tantangan TikTok benar-benar bisa menjadi jembatan ke hati pemilih?
Sebagian orang mungkin melihat ini sebagai langkah yang lucu dan menghibur, sementara yang lain mungkin merasa bahwa politikus seharusnya serius dan fokus pada isu-isu yang lebih mendalam.
Pertanyaan filosofis muncul: apakah kita bisa mempercayai pemimpin yang memasang wajah senyum lebar sambil bergoyang di TikTok?
Meski terdapat perbedaan pandangan, faktanya, strategi ini terbukti berhasil dalam menarik perhatian.
Jumlah pengikut di media sosial para politisi yang aktif di TikTok melonjak tajam.
Terlepas dari sikap skeptis beberapa kalangan, tidak bisa dipungkiri bahwa goyangan dan tantangan TikTok telah membawa politik lebih dekat dengan pemilih, khususnya generasi yang lebih muda.
Jadi, Apa yang Sebenarnya Pemilih Muda Inginkan?
Ketika mencoba meraih hati pemilih muda, para politisi seolah-olah berlomba-lomba untuk menjadi bintang TikTok terbaik.
Tapi, apakah ini benar-benar apa yang pemilih muda inginkan? Atau justru, mereka lebih menghargai kejujuran, keterbukaan, dan solusi konkrit terhadap permasalahan yang dihadapi generasi mereka?