Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tinta, Air Mata, dan Tawa: Kompilasi Empat Musim Tahun Ini!

31 Desember 2023   14:00 Diperbarui: 31 Desember 2023   14:01 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu, 31 Desember 2023

Tahun ini dimulai dengan serangkaian kejutan dan ketidakpastian, seperti berdiri di ambang sebuah petualangan yang tak terduga.

Dalam memori pertamaku tentang 2023, ingatanku berkecamuk dengan tinta, air mata, dan tawa yang menjadi catatan hidupku.

Musim Semi

Musim semi membawa aroma segar harapan. Kembang-kembang bermekaran di kebun hidupku, merekah seolah-olah menceritakan bahwa setiap detik penuh potensi dan kesempatan.

Dalam tinta pertama yang menghiasi halaman diariku, aku menuliskan resolusi dan cita-cita yang memenuhi pikiranku.

Tinta hitam membalut harapanku yang kokoh, siap untuk mekar bersama dedaunan baru yang mulai muncul.

Namun, tak lama kemudian, air mata pertama tumpah di atas kertas. Kekecewaan yang tak terduga menyelinap masuk seperti badai musim semi yang tak diharapkan.

Rencanaku terguncang, dan dalam kekalutan emosi, aku menuliskan tentang kejutan-kejutan tak terduga yang menguji ketangguhanku.

Meski air mata menyelinap, tinta yang kuhubungkan dengan kata-kata kebijaksanaan dan keteguhan hati mulai membangun dasar untuk perjuangan yang ada di depan.

Musim Panas

Panasnya musim panas membakar semangatku. Di antara cahaya matahari yang menyinari hari-hari panjang, catatan tawa muncul.

Cerita-cerita tentang petualangan spontan dan momen-momen ringan dengan teman-teman yang membuat hati tergelak.

Aku menuliskan tentang petualangan di pantai yang penuh keceriaan, suara tawa yang mengiringi malam musim panas, dan momen-momen sederhana yang mengukir senyum di wajahku.

Tetapi, dalam tinta yang ceria, ada air mata yang tak terduga. Beberapa kesedihan menyelinap di bawah sinar matahari yang menyengat.

Kepergian seseorang yang kukenal membuat hatiku terhenyak. Dalam setiap titik air mata, tinta diariku menjadi penyembuh.

Aku menuliskan tentang proses penyembuhan, tentang bagaimana cahaya matahari musim panas membawa kehangatan untuk meluluhlantakkan kebekuan hatiku.

Musim Gugur

Daun-daun yang berguguran di musim gugur menjadi simbol perubahan. Tinta diariku mencerminkan perjalanan metamorfosis yang aku alami.

Aku merangkai kata-kata tentang pertumbuhan pribadi, tentang melibatkan diri dalam tantangan baru dan menemukan kecantikan di setiap perubahan warna musim.

Kegelapan yang menyelimuti langit di malam hari menjadi latar belakang untuk merenung tentang kedalaman diri.

Namun, dalam melihat ke belakang, ada air mata yang mengalir. Kekecewaan yang mungkin terabaikan di musim semi muncul kembali, dan aku menuliskan tentang kegagalan dan ketidakpastian.

Tapi, dalam setiap kata, aku menemukan kekuatan untuk terus maju. Di balik warna musim gugur yang meredup, tinta diariku menciptakan peta jalan menuju kebahagiaan yang hakiki.

Musim Dingin

Musim dingin datang dengan keheningan yang hening, seperti halaman diariku yang menanti catatan terakhir tahun ini. Dalam tinta musim dingin, aku merenung tentang penutupan dan permulaan baru.

Kata-kata terakhir tahun ini menjadi catatan tentang penerimaan diri dan menghargai setiap pelajaran yang diberikan kehidupan.

Di antara kata-kata terakhirku, ada tawa yang menyertai. Tawa yang mengiringi kenangan manis, tawa setelah melalui badai, dan tawa tentang kebahagiaan sederhana.

Dalam air mata terakhir yang jatuh, aku merasakan kelegaan dan harapan untuk masa depan yang belum terungkap.

Dalam "Tinta, Air Mata, dan Tawa: Kompilasi Empat Musim Tahun Ini," diariku menjadi saksi bisu dari perjalanan serba rupa, dari kebahagiaan hingga kesedihan, dari keberhasilan hingga kegagalan.

Tahun ini bukan hanya sekedar catatan waktu, tetapi sebuah lukisan hidup yang membentuk diriku menjadi sosok yang lebih kuat dan lebih bijak.

Hingga jumpa, di penghujung 2024. Selamat Tinggal 2023, Selamat Datang 2024!

Dengan tinta yang lebih kuat, air mata yang lebih bijaksana, dan tawa yang lebih berani!

Irwan Sabaloku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun