Dalam pelukmu, asa terasa nyata,
Sebuah dekapan hangat, mengusir senja kelam.
Pulanglah, oh, kegelapan muram,
Terbitlah, mentari harapan yang bersinar.
Asa memayungi hati yang terombang-ambing,
Seperti layangan yang terbang tinggi di angkasa.
Takdir yang kerap terlipat dalam waktu,
Dipeluk erat oleh rindu yang tak terukur.
Dekapan asa, pelita di kegelapan malam
Menuntun langkah-langkah yang terhenti.
Di setiap gemuruh dan derap gelombang
Ada serpihan impian yang menari-nari.
Matahari terbenam, namun asa tetap bersinar
Seperti bintang yang bersinar di langit malam.
Dalam dekapanmu, setiap mimpi terasa mungkin
Menyulam harapan di benang asmara waktu.
Dekapan asa, kau begitu setia
Mengajakku menyusuri lorong tak pasti.
Dalam sentuhanmu, jiwa terhanyut sejenak
Menemukan arti dalam setiap perjalanan.
Asa, oh, pelukan yang abadi
Kau menjaga hati dari kelelahan dunia.
Dalam dekapanmu, kisah-kisah tercipta
Melukis lukisan indah di kanvas kehidupan.
Jadi, dekapan asa, tetaplah rapat
Merajut mimpi-mimpi dalam detik waktu.
Sebab di setiap hela napas, di setiap langkah
Dekapanmu menuntun menuju cahaya terang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H