Di lautan kehilangan yang sunyi,
Aku berlayar, tak tahu arah tujuan.
Ombak hati yang bergelora,
Menyapu perahu hampa, hanyut dalam pelukan lara.
Dermaga kenangan terlihat jauh,
Seolah terkubur dalam kabut kelam.
Lentera cinta yang padam,
Menyisakan bayang-bayang gelap di atas permukaan air.
Bening air laut mencerminkan wajahku,
Luka-luka waktu terpantul di mata yang perlahan mati.
Angin sepoi-sepoi membisikkan rahasia hati,
Tapi hanya kesepian yang menjawab, di laut yang tak berujung.
Gelombang tak henti menerjang,
Seperti kenangan yang tak pernah padam.
Terombang-ambing, terpukul, terantuk,
Seakan tubuhku menari-nari dalam permainan masa lalu.
Anganku layu seperti bunga di gurun,
Debu kenangan menari-nari di atas air.
Bertahanlah, perahu hatiku yang rapuh,
Di lautan kehilangan yang memaksa untuk dilupakan.
Gelap, hampa, dan sunyi,
Suara deburan ombak menyanyikan elegi.
Di lautan ini, aku berlayar sendiri,
Dalam pencarian akan sesuatu yang sudah hilang.
Namun, di tengah kehampaan, ada kekuatan,
Matahari terbit, membawa harapan di ufuk timur.
Aku akan terus berlayar,
Meski di lautan kehilangan yang tak pernah berakhir.
Tambolaka, 20 Desember 2023
Oleh: Irwan SabalokuÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H