Pemilih muda cenderung mencari informasi lebih dalam, termasuk melalui media sosial, debat, dan interaksi langsung dengan para calon.
Tentu, dalam menyikapi tingginya persentase undecided voter, perlu mempertimbangkan peran dan dampak media, terutama media sosial.
"Saat ini, kita berada pada zaman, dimana akses informasi dengan mudah kita peroleh. Sehingga tidak sulit bagi Gen Z, untuk terus memfilter informasi dengan analisis yang tajam untuk menentukan pilihan"
Penting bagi Gen Z, karena di tengah dinamika politik yang kian memanas, informasi yang tidak akurat atau bias sangat berpotensi.
Oleh karena itu, pemilih harus lebih selektif dalam menilai dan memilah informasi yang diterima untuk menghindari terjebak dalam pandangan yang sempit atau tidak seimbang.
Psikologi Pemilih dan Proses Pengambilan Keputusan
Dalam melihat tingginya persentase undecided voter, penting untuk memahami aspek psikologis dalam proses pengambilan keputusan pemilih.
Meningkatnya jumlah pasangan calon dapat menciptakan beban kognitif yang lebih besar bagi pemilih, mengingat mereka harus mengevaluasi tiga opsi yang berbeda secara paralel.
Psikologi pemilih menunjukkan bahwa semakin banyak opsi, semakin sulit bagi seseorang untuk membuat keputusan yang memuaskan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi psikologi pemilih adalah kejenuhan pemilu. Pada Pemilu 2019, mungkin ada kecenderungan bagi pemilih untuk lebih cepat memutuskan pilihannya karena adanya perasaan bahwa opsi yang tersedia terbatas.
Namun, dengan peningkatan jumlah pasangan calon, pemilih mungkin merasa lebih leluasa untuk menunda pengambilan keputusan.