Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sisi Lain Debat Capres: Apa yang Tak Terungkap di Balik Panggung?

14 Desember 2023   11:49 Diperbarui: 14 Desember 2023   12:04 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu malam yang penuh sorotan, dipenuhi dengan nuansa tegang dan harapan, debat capres pada 12 Desember 2023 menyajikan pertunjukan politik yang dinanti-nantikan.

Para calon presiden seperti Anies Rasyid Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo berada di tengah panggung, berlomba-lomba menarik perhatian pemilih dengan pidato-pidato retoris mereka.

Meski demikian, seperti koin yang memiliki dua sisi, muncul pertanyaan! Apa yang sebenarnya tak terungkap di balik panggung debat capres?

Pertama-tama, mari kita membayangkan, keberadaan para kandidat di belakang layar. Sebelum langit panggung diterangi sorot lampu, para calon presiden telah menjalani persiapan yang panjang.

Konsultasi dengan tim kampanye, briefing intensif, dan simulasi debat menjadi bagian rutin dari persiapan yang tersembunyi dari mata publik.

Mereka dengan segala strategi, mempersiapkan agar setiap kata yang diucapkan memiliki bobot dan dampak yang diinginkan.

Namun, di balik kesibukan dan seriusnya persiapan, seringkali terdapat momen kebersamaan dan kekompakan di antara para calon presiden.

Ketiga calon tersebut, bukan hanya rival politik tetapi juga manusia yang memiliki interaksi, tawa, dan komunikasi di luar panggung. Meski bersaing, setidaknya di balik layar, ada aspek kemanusiaan yang tak terungkap oleh sorotan media.

Pada saat berada di panggung, aura pertarungan seolah meresapi udara. Setiap capres berusaha mengungguli yang lain dengan pidato retorisnya yang memikat.

Anis Rasyid Baswedan, dengan kepiawaian berbicaranya, mampu memukau pendengar dan mengajak mereka memimpikan perubahan positif.

Prabowo Subianto, dengan karismanya yang khas, membangun keterhubungan emosional dengan pemilih.

Ganjar Pranowo, sementara itu, memancarkan pesona kepemimpinan yang tenang dan rasional.

Untuk itu, perlu dicatat bahwa di balik kepiawaian berbicara dan kecerdasan retoris, terdapat risiko bahwa substansi dari visi dan program masing-masing calon presiden bisa terkubur.

Pidato yang menggetarkan seringkali menjadi fokus, dan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat mungkin terlupakan di tengah gemerlap kata-kata.

Pemilih cerdas perlu lebih daripada sekadar terpukau oleh penampilan verbal, mereka perlu menyaring esensi dari setiap retorika yang dilontarkan.

Pertanyaan yang mencuat kemudian adalah sejauh mana retorika yang memikat dapat sejalan dengan substansi nyata.?

Capres yang mampu menyampaikan visi mereka dengan kata-kata yang indah perlu diimbangi dengan kebijakan-kebijakan yang tangguh.

Prabowo Subianto, sebagai contoh, dikenal dengan retorika yang penuh semangat, tetapi tantangannya adalah membuktikan bahwa pidato-pidatonya bukan sekadar alunan kata-kata yang tak berujung.

Keseimbangan ini menjadi semakin kompleks ketika kita menyadari bahwa seorang capres tidak hanya dihadapkan pada tuntutan publik tetapi juga harus mengelola ekspektasi internal partai dan koalisi.

Bagaimana mereka menjaga keseimbangan ini, antara apa yang diungkapkan di panggung dan langkah konkret yang diambil di belakang layar, menjadi tolak ukur keberhasilan kepemimpinan mereka.

Debat capres sering kali dianggap sebagai pertunjukan media yang menyajikan drama politik untuk dinikmati oleh masyarakat.

Sorotan kamera, tata pencahayaan, dan tatanan panggung semuanya dirancang untuk menciptakan momen-momen yang berkesan.

Namun, di balik keriuhan dan perhitungan media, mungkin terdapat risiko bahwa substansi isu-isu krusial terabaikan.

Pertanyaannya, sejauh mana media dapat memainkan peran dalam menghadirkan keadilan informasi?

Apakah pertunjukan drama politik ini benar-benar mampu memberikan pemahaman mendalam kepada pemilih tentang visi, program, dan solusi yang diusung oleh masing-masing capres?

Pemilih perlu menggali lebih dalam dari tampilan visual yang disajikan oleh media dan menuntut pemahaman yang lebih substansial.

Tak terungkap di balik panggung adalah dinamika persaingan di antara tim kampanye masing-masing capres.

Persaingan bukan hanya terjadi di atas panggung, tetapi juga di belakang layar, di koridor-koridor tempat strategi-strategi politik dirancang.

Terdapat strategi-strategi politik yang tak terungkap, mungkin strategi untuk merespons serangan balik lawan atau mengelola kontroversi yang mungkin muncul.

Bagaimana strategi komunikasi digunakan untuk mempertahankan citra positif, atau bagaimana tim kampanye berusaha untuk menyeimbangkan antara retorika dan realitas, mungkin merupakan elemen-elemen tak terlihat yang dapat membentuk pandangan kita terhadap integritas seorang calon presiden.

Tak terungkap di balik panggung adalah perasaan, harapan, dan rasa kecewa pemilih yang terkadang sulit untuk diukur.

Di tengah-tengah perdebatan, masing-masing pemilih membawa beban harapannya sendiri. Bagaimana capres dapat mengelola dan memenuhi harapan-harapan ini menjadi pertanyaan yang tak terungkap di layar televisi.

Pemilih yang memercayakan masa depan mereka kepada seorang calon presiden tentu memiliki ekspektasi tertentu.    

Bagaimana capres mengelola ekspektasi ini, terutama setelah debat, mungkin menentukan keberlanjutan dukungan pemilih.

Terakhir, sebagai pemilih, kita perlu melihat jauh di balik panggung pertunjukan politik yang disajikan oleh debat capres.

Apa yang tidak terungkap di panggung mungkin jauh lebih penting daripada apa yang tampak di mata publik.

Keseimbangan antara retorika dan substansi, dinamika persaingan yang tersembunyi, strategi politik yang tak terlihat, semuanya merupakan elemen-elemen yang dapat membentuk pandangan kita terhadap setiap calon presiden.

Dalam menilai kandidat, kita perlu menuntut lebih dari sekadar pidato yang memikat. Substansi dari visi dan program, kemampuan untuk mengelola harapan pemilih, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika politik yang terus berubah perlu menjadi bagian dari evaluasi kita.

Pada akhirnya, pemilih yang cerdas bukan hanya menyaksikan pertunjukan yang ada di atas panggung, tetapi juga mampu melihat jauh di baliknya.

Dalam memahami apa yang tak terungkap, kita dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dan merinci dalam memilih pemimpin yang mampu menghadapi tantangan nyata di balik panggung politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun