Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menilai Komitmen Pemimpin

12 Desember 2023   22:38 Diperbarui: 12 Desember 2023   23:14 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thumbnil Livestream SCTV

Indonesia, sebuah negeri yang terus menggeliat dalam dinamika politiknya, kembali menjadi saksi dari panggung besar, 'Debat Perdana Calon Presiden'.

Seiring tiga pasangan calon yang berlaga, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, kita diajak mengintip komitmen pemimpin dalam dua aspek penting, yakni, Hak Asasi Manusia (HAM) dan penguatan demokrasi.

Bagaimana para kandidat menjelaskan visi mereka terkait isu-isu ini? Mari kita merayapi setiap detil dalam perdebatan ini.

Sebelum kita terjun ke dalam lautan HAM dan demokrasi, marilah kita lihat seperti apa visi dan misi yang digambarkan masing-masing pasangan calon.

Anies-Muhaimin berbicara tentang 'Merakyat', Prabowo-Gibran menekankan 'Kesejahteraan Rakyat', dan Ganjar-Mahfud MD membawa semangat 'Bangsa yang Kuat'.

Tapi, apakah visi mereka hanya omong kosong atau benar-benar tercermin dalam komitmen terhadap HAM dan demokrasi?

Pada momentum debat perdana, calon presiden dihadapkan pada tantangan besar, yaitu, bagaimana mereka berkomitmen melindungi HAM di tengah berbagai ketegangan dan konflik yang mungkin muncul.

Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Paslon ini dengan tegas menyuarakan pentingnya melindungi hak-hak rakyat, terutama dalam konteks kebebasan berpendapat.

Namun, Prabowo-Gibran juga menarik perhatian dengan fokus mereka pada 'keadilan sosial', menciptakan landasan kuat untuk perlindungan hak-hak individu.

Ganjar-Mahfud MD, di sisi lain, membawa sentuhan hukum ke dalam pembahasan HAM.

Pasangan ini, menawarkan pendekatan yang berakar pada sistem hukum yang kuat sebagai pondasi utama melindungi hak asasi manusia.

Pertanyaannya, sejauh mana komitmen ini akan mempengaruhi perubahan konkret di lapangan?

"Kekuasaan harus diletakkan pada rakyat," terdengar jargon umum, tapi bagaimana calon presiden merinci cara mereka menjaga demokrasi tetap hidup dan berjalan dengan baik?

Anies Baswedan-Muhaimin, pasangan ini, membicarakan inovasi dalam partisipasi publik, mengusulkan pendekatan yang melibatkan rakyat dalam setiap keputusan besar.

Prabowo-Gibran, di sisi lain, menyoroti perlunya keadilan ekonomi sebagai landasan demokrasi yang sehat.

Ganjar Pranowo-Mahfud MD menawarkan perpaduan antara hukum dan demokrasi. Dengan memastikan independensi lembaga-lembaga hukum dan pengawasan yang ketat, mereka berusaha mewujudkan demokrasi yang bermartabat.

Namun, di era informasi ini, bagaimana mereka juga akan menjaga demokrasi dari ancaman disinformasi dan polarisasi?

Saat kita merenung pada visi dan komitmen, kita tak bisa menghindari pertanyaan kritis.

Bagaimana masing-masing calon berencana menghadapi tantangan politik, ekonomi, dan sosial yang kompleks?

Di era digital ini, dengan kecepatan informasi yang luar biasa, bagaimana mereka melibatkan rakyat dalam proses pengambilan keputusan tanpa terjerat dalam spiral polarisasi?

Namun, mereka juga harus berhadapan dengan kritik pedas terkait masa lalu dan bagaimana mereka akan memastikan bahwa masa lalu tidak menghantuinya.

Bagaimana mereka mengelola ketidaksetujuan dan konflik di antara anggota kabinet mereka sendiri?

Tantangan nyata ini membutuhkan pemimpin yang tidak hanya memiliki visi besar tetapi juga kebijaksanaan politik yang matang.

Menjadi catatan penting bagi kita, untuk menilai komitmen pemimpin terhadap HAM dan penguatan demokrasi, kita harus melihat lebih dari sekadar retorika indah di atas panggung debat.

Tindakan nyata, keputusan konkret, dan kemampuan beradaptasi dalam menghadapi perubahan yang cepat adalah kunci.

Setiap suara yang kita berikan pada pemilu mendatang bukan hanya sekadar pilihan, tetapi penentu arah bangsa ini untuk tahun-tahun mendatang.

Apakah Anies Baswedan dengan visi "Merakyat" mampu membawa perubahan yang dibutuhkan?

Bagaimana Prabowo-Gibran akan menghadapi tantangan ekonomi dan mengamankan fondasi demokrasi?

Dan akankah Ganjar-Mahfud MD dapat menggabungkan kekuatan hukum dan aspirasi demokratis menjadi kebijakan yang membawa perubahan?

Kesimpulannya, kita bukan hanya memilih pemimpin berdasarkan kepopuleran atau slogan menarik.

Kita memilih mereka berdasarkan komitmen mereka untuk melindungi hak asasi manusia, menjaga demokrasi tetap hidup, dan kemampuan mereka untuk menjawab tantangan zaman.

Maka, hadirlah di tempat pemilihan dengan tekad kuat untuk menjadi agen perubahan dan pemilih cerdas yang penuh tanggung jawab. Masa depan Indonesia berada di tangan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun