Beralih ke aspek lebih personal, banyak Wibu memiliki ritual dan tradisi mereka sendiri dalam mengekspresikan cinta mereka terhadap budaya Jepang.
Pada konteks Ini, bisa mencakup menghadiri konvensi anime, mengoleksi merchandise, atau bahkan belajar bahasa Jepang.
Pertanyaan mendasar yang muncul di sini adalah sejauh mana mereka terlibat dalam budaya Jepang dan apakah ini merupakan bentuk penghargaan atau sekadar tren sementara.
Penting untuk mencatat, bahwa tidak semua Wibu memiliki minat yang sama atau melakukan aktivitas yang serupa.
Beberapa mungkin lebih fokus pada aspek-aspek cerita dan karakter dalam anime dan manga, sementara yang lain mungkin lebih tertarik pada aspek-aspek teknis produksi, seperti seni animasi atau musik J-pop.
Oleh karena itu, mengkategorikan Wibu sebagai kelompok homogen mungkin terlalu menyederhanakan keberagaman minat dan motivasi mereka.
Tetapi, satu hal yang pasti adalah bahwa fenomena Wibu mencerminkan perubahan dalam cara kita menikmati dan berinteraksi dengan budaya populer global.
Dengan kemajuan teknologi dan konektivitas global, orang-orang dari berbagai belahan dunia dapat dengan mudah terhubung dan berbagi minat mereka melalui platform daring.
Artinya, hal tersebut membuka pintu bagi pertukaran budaya yang lebih cepat dan luas, menciptakan komunitas global yang terhubung oleh cinta mereka terhadap budaya pop tertentu.
Selanjutnya, budaya pop Jepang menjadi semacam ambasador global yang mampu merangkul berbagai kelompok dan individu.
Bahkan, para Wibu sendiri berperan sebagai duta budaya tak resmi yang membantu menyebarkan pesona dan keunikannya. Dengan cara ini, mereka berkontribusi pada fenomena yang lebih besar, yaitu globalisasi budaya.