Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Kolonial: Pusaka Berbicara dalam Sunyi Sejarah

6 Desember 2023   16:44 Diperbarui: 6 Desember 2023   16:46 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Sejarah adalah ladang yang subur bagi kita untuk memetik hikmah dan memahami akar budaya yang mengakar dalam diri kita.

Namun, seringkali ada jejak-jejak sejarah yang terlupakan, terkubur oleh kabut waktu, dan hanya bisa didengar dalam sunyi sejarah.

Salah satu babak sejarah yang membentuk identitas bangsa kita adalah masa kolonial Belanda.

Tulisan ini, akan membawa diri kita untuk merenung dalam sunyi sejarah dan mendengarkan bisikan-bisikan pusaka yang berbicara tentang jejak kolonial di tanah air kita tercinta.

Melangkah ke Belakang: Jejak Pertama Kolonialisme Belanda

Pada abad ke-17, kapal-kapal dagang Belanda mulai mengukir jejak di perairan Nusantara. Dengan semangat penjelajahan dan keinginan untuk menguasai jalur perdagangan rempah-rempah, bangsa Belanda mulai membangun hubungan dengan kerajaan-kerajaan lokal.

Jejak ini pertama kali terukir di sepanjang pantai-pantai Jawa, Sumatra, dan pulau-pulau lainnya. Namun, apa yang terlihat sebagai kemajuan ekonomi bagi Belanda, menjadi luka mendalam bagi masyarakat pribumi.

Batu-Batu Sejarah: Arsitektur Kolonial yang Menceritakan Cerita

Batu-batu sejarah berdiri megah sebagai saksi bisu masa lalu. Bangunan-bangunan kolonial yang masih tegak kokoh di beberapa kota tua, seperti Kota Tua di Jakarta, Semarang, dan Surabaya, adalah pusaka hidup yang berbicara dalam bahasa arsitektur.

Terasa sekali bagaimana setiap dinding, pintu, dan jendela menceritakan kisah perjumpaan dua dunia yang berbeda.

Jika kita memperhatikan dengan seksama, arsitektur kolonial Belanda di Indonesia bukan hanya struktur batu bata, tapi juga bukti nyata percampuran dua budaya yang mewarnai lanskap Nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun