Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sirkus Pemilu: Topeng Politik di Balik Sorot Lampu

30 November 2023   11:23 Diperbarui: 30 November 2023   11:24 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Di sebuah kota kecil yang terletak di pinggiran, hiduplah seorang pemuda bernama Rizky. Kota itu tidak terlalu besar, namun suasana politiknya sangat hidup, terutama menjelang pemilihan umum. Pemilu di kota itu bukan hanya sekadar pesta demokrasi, tapi juga sebuah pertunjukan sirkus politik yang membuat semua orang tak sabar menunggu.

Rizky adalah seorang mahasiswa yang aktif dalam kegiatan sosial. Ia selalu ingin mencari cara untuk membuat perubahan positif di lingkungannya. Namun, ketika pemilu datang, segalanya berubah. Partai politik berlomba-lomba untuk menarik perhatian publik dengan janji-janji manis yang sulit dipercaya.

Tidak ingin terlena oleh rayuan politik yang biasa terjadi setiap lima tahun sekali, Rizky memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam. Ia ingin tahu siapa sebenarnya para calon yang berlaga di panggung politik tersebut. Apakah mereka benar-benar memiliki niat untuk memajukan kota, ataukah ini hanya pertunjukan untuk memuaskan ego politik mereka?

Rizky mulai menyelusuri jejak para calon. Ia mengikuti kampanye mereka, membaca latar belakang, dan mencari tahu track record masing-masing. Namun, semakin dalam ia menjelajah, semakin terbuka matanya terhadap sirkus politik yang sebenarnya.

Pertama, ia menemukan kisah seorang calon yang mengaku sebagai pejuang rakyat. Namun, setelah mencari tahu lebih lanjut, Rizky menemukan bahwa calon tersebut lebih sering terlihat di acara mewah bersama pengusaha kaya daripada di tengah-tengah rakyat kecil yang katanya akan ia perjuangkan.

Calon kedua terlihat lebih bersahaja. Ia sering mengunjungi pasar tradisional dan berbicara dengan pedagang kecil. Namun, Rizky tidak bisa melepaskan rasa curiga. Setelah riset yang lebih mendalam, ternyata calon ini memiliki sejarah korupsi yang panjang di masa lalunya.

Rizky merasa semakin frustrasi. Ia bertanya-tanya apakah tidak ada sosok yang benar-benar murni dan tulus dalam berpolitik. Maka, dengan tekad yang semakin kuat, Rizky memutuskan untuk menyusun laporan investigatifnya sendiri dan mengungkap fakta-fakta yang telah ia temui.

Laporan Rizky mendapatkan perhatian dari beberapa media independen. Mereka memberanikan diri untuk mempublikasikan hasil riset Rizky, meskipun mereka tahu bahwa ini bisa menjadi ancaman bagi mereka. Sorotan publik pun mulai bergeser dari pertunjukan politik yang dibuat oleh calon-calon tersebut menjadi fokus pada fakta-fakta yang terungkap.

Namun, keberanian media independen tersebut tidak luput dari intimidasi. Mereka mulai menerima ancaman dan tekanan dari berbagai pihak. Beberapa wartawan bahkan menghilang tanpa jejak. Sirkus politik tidak suka ketika topeng mereka terbuka.

Rizky sendiri menjadi target dari berbagai serangan. Ia dituduh melakukan fitnah dan dihujani ancaman. Namun, Rizky tidak gentar. Ia merasa memiliki tanggung jawab moral untuk membongkar kebusukan di balik sorot lampu politik.

Pemilu semakin dekat, dan atmosfer politik semakin panas. Rizky tahu bahwa ia harus berhati-hati, namun ia tidak bisa mundur. Ia melanjutkan perjuangannya, mengumpulkan bukti-bukti yang semakin menguatkan laporannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun