Begitu terik matahari pagi menyinari Pulau Sumba, Ian duduk di teras rumahnya. Kesejukan udara pegunungan yang menyentuh wajahnya seakan memberinya semangat. Namun, hari ini perasaannya lebih berdebar-debar daripada biasanya. Selama beberapa bulan terakhir, hidupnya telah berubah sepenuhnya, semua berkat sebuah aplikasi media sosial bernama TikTok.
Ian bukanlah tipe pria yang sering menghabiskan waktunya di dunia maya. Sebagai pemuda yang hidup di pedalaman Pulau Sumba, ia lebih suka berada di alam daripada bermain di dunia digital. Namun, segala hal bisa berubah ketika takdir memutuskan untuk memperkenalkannya kepada Abigail.
Abigail, gadis yang berada di pulau Jawa, telah mengunggah sebuah video lucu di TikTok. Video itu menarik perhatian Ian, dan tanpa pikir panjang, ia meninggalkan komentar di bawah video tersebut. "Lucu sekali! Apakah kamu selalu membuat video-video keren seperti ini?" Ian mengetik dengan senyum.
Abigail merasa terhibur oleh komentarnya dan membalasnya dengan cepat, "Terima kasih! Aku mencoba yang terbaik. Tapi kamu juga bisa membuat video yang seru, lho!"
Mereka mulai berbicara lebih sering, dan seiring berjalannya waktu, obrolan mereka semakin intens. Tak lama kemudian, Ian tidak lagi bisa menahan perasaannya. "Kamu sangat menarik, Abigail. Aku ingin mengenal kamu lebih baik," ujarnya dengan kata-kata yang lembut.
Abigail tersenyum sambil membalas, "Aku juga ingin mengenal kamu lebih baik, Ian. Bagaimana jika kita berbagi akun media sosial kita?"
Tentu saja, Ian setuju, dan mereka mulai mengikuti satu sama lain di Instagram, Twitter, dan Facebook. Mereka menjelajahi profil masing-masing, memahami lebih banyak tentang kehidupan dan minat satu sama lain. Terdapat banyak kesamaan dalam musik, hobi, dan bahkan pandangan tentang dunia.
Obrolan mereka semakin dalam dan berlangsung hingga larut malam. Mereka tertawa bersama, berbagi cerita, dan menyampaikan pikiran mereka satu sama lain. Dalam waktu singkat, Ian dan Abigail merasa seperti sahabat sejati.
Seiring dengan perkembangan hubungan mereka, Ian dan Abigail saling menukar nomor WhatsApp. Pesan-pesan pendek mereka yang awalnya terbatas pada TikTok dan media sosial lainnya, kini menjadi lebih pribadi dan intim. Mereka menyebut diri mereka "WA buddies," dan kebahagiaan mereka semakin nyata.
Mereka menghabiskan berjam-jam setiap hari untuk berbicara melalui WhatsApp. Ian mulai mengungkapkan perasaannya lebih jelas, seringkali menggunakan kata-kata rayuan yang romantis. "Abigail, kamu adalah matahari yang menyinari hidupku. Aku merindukan senyum manismu setiap saat," katanya kepada Abigail.
Abigail juga terkesan oleh kata-kata Ian. "Ian, setiap kali aku mendengar pesan darimu, hatiku berdebar kencang. Aku merasa kita punya ikatan yang istimewa," ucapnya dengan hangat.
Walaupun mereka belum pernah bertemu langsung, kedekatan mereka terasa kuat. Mereka membayangkan bagaimana rasanya berada dalam pelukan satu sama lain, berjalan-jalan bersama di pantai, atau sekadar duduk di bawah bintang-bintang. Pertanyaan di benak mereka terus muncul, "Akankah cinta ini berlanjut ke dunia nyata?"
Namun, ada masalah yang menjadi penghalang. Sumba dan Jawa adalah dua pulau yang terpisah oleh ratusan kilometer, dan perjalanan di antara keduanya adalah suatu tantangan. Ian hidup dalam keluarga petani yang sederhana, sedangkan Abigail adalah seorang mahasiswa yang sibuk.
Meskipun terpisah jarak dan keadaan, mereka berdua tetap bersama dalam dunia maya. Mereka mengobrol, berbagi foto, dan bahkan berbicara melalui video call untuk merasakan kehadiran satu sama lain.
Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka semakin dalam. Mereka saling mendukung dalam setiap langkah hidup masing-masing. Ian selalu ada untuk memberi semangat Abigail saat ia merasa tertekan oleh tugas kuliahnya, sementara Abigail selalu mendengarkan dengan penuh perhatian saat Ian menceritakan tentang kehidupan pedesaannya.
Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu, dan cinta mereka semakin kuat. Ian dan Abigail tahu bahwa mereka harus menghadapi pertanyaan tentang masa depan mereka. Apakah mereka hanya akan menjalani hubungan jarak jauh yang abstrak, atau akankah mereka mengejar cinta mereka dengan segala yang mereka miliki?
Kedua hati ini merindukan pertemuan yang sesungguhnya. Ian bermimpi untuk melihat Abigail berjalan di pantai pasir putih Sumba, sementara Abigail ingin mengunjungi rumah Ian dan merasakan kehangatan keluarganya. Namun, pertanyaan besar tetap menggantung di udara: bagaimana mereka akan mengatasi jarak yang memisahkan mereka?
Suatu hari, saat Abigail sedang duduk di perpustakaan kampusnya, ia merenungkan tentang masa depan mereka. Dia memutuskan untuk mengajukan pertanyaan yang telah lama mengganggunya pada Ian. "Ian, apakah kita benar-benar akan bertemu di dunia nyata? Apakah kita akan mencoba mengatasi jarak ini?"
Ian merasa perlu untuk memberikan jawaban yang jujur. "Abigail, aku ingin sekali bertemu denganmu. Aku merasa kita memiliki hubungan yang istimewa, dan aku ingin memastikan bahwa ini adalah sesuatu yang nyata. Meskipun aku tinggal di Sumba dan kamu di Jawa, aku percaya kita bisa menemukan cara."
Abigail tersenyum, merasa lega mendengar jawaban itu. "Aku juga ingin bertemu denganmu, Ian. Aku akan mencari cara untuk membuat pertemuan itu terjadi."
Mereka mulai merencanakan pertemuan pertama mereka. Abigail merencanakan kunjungan ke Sumba selama liburan sekolahnya, sementara Ian merasa gembira dengan persiapan tamu khusus ini. Mereka berdua merasa bahwa ini adalah langkah penting dalam perjalanan cinta mereka.
Pertemuan mereka akhirnya tiba. Abigail tiba di Sumba dengan perasaan campur aduk. Begitu mereka bertemu, perasaan cinta yang telah tumbuh di dunia maya selama berbulan-bulan ini menjadi lebih nyata daripada yang mereka bayangkan.
Ian dan Abigail menghabiskan waktu yang indah bersama-sama di pulau Sumba. Mereka menjelajahi pantai, mengunjungi desa Ian, dan merasakan kehangatan keluarganya. Mereka menyadari bahwa cinta mereka bukan hanya sekadar fantasi di dunia maya; itu adalah sesuatu yang nyata dan mendalam.
Ketika saatnya tiba bagi Abigail untuk kembali ke Jawa, mereka merasa sedih meninggalkan satu sama lain. Namun, mereka tahu bahwa ini hanya awal dari perjalanan cinta mereka. Mereka memiliki keyakinan bahwa mereka dapat mengatasi jarak dan waktu, dan bahwa cinta mereka akan terus tumbuh.
Ian dan Abigail berkomitmen untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan tekad yang lebih kuat. Mereka merencanakan kunjungan rutin, berkirim pesan setiap hari, dan menjaga api cinta mereka tetap menyala. Dalam beberapa tahun ke depan, mereka tahu bahwa mereka akan menjalani hidup bersama.
Cerita cinta Ian dan Abigail adalah bukti bahwa cinta bisa tumbuh di mana saja, bahkan di dunia maya. Meskipun jarak memisahkan mereka, tekad dan keyakinan dalam cinta mereka memungkinkan mereka untuk mengatasi segala rintangan. Ian dan abigail adalah contoh yang indah tentang bagaimana cinta bisa mengubah hidup dan menjembatani jarak, membuat mereka merasa lebih dekat daripada yang bisa mereka bayangkan sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H