Namun, tidak semua perpisahan berakhir dengan suka cita. Suatu ketika, Rama harus pergi untuk urusan bisnis mendadak tanpa memberi tahu Sari sebelumnya. Sari merasa kecewa dan cemas. Setiap panggilan video dan pesan teks yang dikirimkannya tidak mendapat jawaban. Rasa cemas mulai merayap ke dalam hatinya.
Sari mencoba untuk tetap kuat, mengalihkan perhatiannya pada pekerjaannya dan proyek-proyek kreatifnya. Namun, kekhawatiran terus menghantuinya. Pada malam hari, dia duduk di balkon apartemen mereka, memandang langit malam yang penuh bintang, berharap Rama selalu dalam perlindungan dan kembali dengan selamat.
Dan akhirnya, pada suatu pagi, telepon Rama terhubung. Suara lembutnya terdengar di seberang sana, membawa kabar baik bahwa dia segera pulang. Sari tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya. Dia bersyukur bahwa cintanya kembali padanya dengan selamat.
Ketika Rama kembali, mereka merayakan pertemuan mereka dengan penuh sukacita. Sari menyiapkan hidangan lezat favorit Rama, dan mereka menghabiskan malam itu berdua, bercerita tentang pengalaman mereka sejak perpisahan terakhir.
Namun, kali ini, Rama memiliki pengumuman penting. "Sari, selama perjalanan ini, aku berpikir bahwa mungkin saatnya bagi kita untuk memikirkan tentang keluarga kita sendiri. Bagaimana jika kita mulai merencanakan untuk memiliki anak?"
Sari terkejut dan bahagia mendengar saran itu. "Rama, itu adalah ide yang indah. Aku setuju."
Dengan tekad dan kebahagiaan baru, Sari dan Rama memulai bab baru dalam perjalanan cinta mereka. Mereka belajar bahwa cinta bukan hanya tentang kebersamaan fisik, tetapi juga tentang tumbuh bersama melalui setiap rintangan dan kebahagiaan. Mereka bersama-sama membangun masa depan yang penuh harapan, siap untuk menghadapi segala sesuatu yang akan datang, karena satu hal yang pasti, cinta mereka tak tergoyahkan dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu.
