Mohon tunggu...
IRWAN MAULANA
IRWAN MAULANA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA PGSD

Halo! saya merupakan salah satu mahasiswa s-1 prodi PGSD di UPI Kampus Cibiru.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus pada Siswa SDN 105 Sukarela melalui Kerajinan Tangan Kreatif

12 Juni 2023   00:35 Diperbarui: 12 Juni 2023   01:04 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Milik Penulis Dokumentasi pribadi

Arnold Gesell menyatakan bahwa perkembangan motorik halus pada anak berlangsung secara berurutan dan konsisten. Gesell melakukan pengamatan bahwa tahapan perkembangan keterampilan motorik halus anak terjadi dalam urutan yang dapat diprediksi, dimulai dari gerakan refleks dan berkembang ke gerakan yang lebih rumit seperti menggambar dan menulis. Gesell juga menggarisbawahi bahwa pengaruh kontekstual, selain faktor keturunan, juga berperan dalam perkembangan keterampilan motorik halus. Stimulasi visual dan sensorik yang diberikan oleh orang tua dan lingkungan di sekitar anak juga berperan penting dalam perkembangan keterampilan motorik halus.

https://www.stella-maris.sch.id/blog/mengajari-anak-menulis/ber gambar
https://www.stella-maris.sch.id/blog/mengajari-anak-menulis/ber gambar

Menurut teori perkembangan moral Jean Piaget, anak-anak berusia tujuh hingga sepuluh tahun biasanya berada dalam masa transisi antara moralitas heteronom dan otonom. Hal ini berlaku untuk anak-anak di sekolah dasar. Teori perkembangan moral Piaget membagi tahap perkembangan moral menjadi dua tahap yang berbeda: tahap heteronom dan tahap otonom. Moralitas heteronom adalah tahap yang dimasuki anak-anak antara usia 4 dan 7 tahun. Selama tahap ini, anak-anak memahami bahwa keadilan dan hukum adalah sesuatu yang berada di luar kendali manusia, yang berarti tidak dapat diubah atau ditetapkan, dan bahwa satu-satunya hal yang harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi suatu tindakan adalah dampaknya. sementara seorang anak mencapai usia sepuluh tahun atau lebih dan telah mencapai tahap moralitas otonom, mereka telah sampai pada kesadaran bahwa peraturan dibuat oleh manusia. Akibatnya, ketika mengevaluasi suatu tindakan, mereka harus mengevaluasi tujuan pelaku dan konsekuensi dari tindakan tersebut. Anak-anak di sekolah dasar berada pada tingkat perkembangan konvensi, yang mirip dengan tahap otonom Piaget karena melibatkan penilaian moralitas berdasarkan interaksi dengan teman sebaya.

Perkembangan keterampilan motorik halus siswa sangat penting untuk mempersiapkan mereka menghadapi rintangan akademis yang akan mereka hadapi serta tantangan yang akan mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan keterampilan motorik halus siswa dapat terbantu secara signifikan melalui partisipasi dalam kegiatan kreatif dan langsung, seperti yang ditemukan dalam kerajinan tangan. Istilah "Handicrafts" atau Kerajinan Tangan mengacu pada kategori kegiatan yang luas yang mencakup mengiris, melipat, menempel, dan menyatukan sesuatu. Selain itu, siswa akan menggunakan berbagai macam bahan, beberapa di antaranya adalah kertas, kain, kardus, dan jenis bahan daur ulang lainnya. Selama proses pembuatan kerajinan tangan, anak-anak di SDN 105 Sukarela akan melatih otot-otot kecil di tangan mereka secara konstan, yang secara langsung akan memperkuat perkembangan motorik halus siswa.

Kerajinan tangan melibatkan banyak kegiatan kreatif, banyak di antaranya membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Ketika membuat kerajinan tangan, siswa di SDN 105 Sukarela akan memiliki kontrol yang lebih besar terhadap gerakan tangan mereka dan belajar untuk lebih memperhatikan dan teliti dalam pekerjaan mereka. Ketika memotong kertas atau kain, misalnya, siswa perlu memperhatikan garis-garis yang telah digambar di permukaan dan memotongnya dengan presisi. Hal ini membantu meningkatkan koordinasi mata-tangan serta memperkuat kemampuan untuk mengatur gerakan motorik halus.

Di sisi lain, kerajinan tangan tidak hanya membantu siswa di SDN 105 Sukarela membangun kemampuan memecahkan masalah, tetapi juga memotivasi mereka untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Mereka akan merasa ditantang untuk membuat suatu karya yang menggabungkan berbagai komponen dan bahan dengan cara yang menyenangkan baik secara estetika maupun praktis. Kegiatan ini mengembangkan kemampuan mereka untuk berpikir kritis, membantu mereka menjadi lebih mahir dalam menemukan solusi untuk masalah, dan memicu kemampuan kreatif mereka.

Siswa-siswi di SDN 105 Sukarela memiliki kesempatan untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka dengan membuat kerajinan tangan. Mereka akan merasakan kepuasan dan kebanggaan atas pencapaian mereka sendiri ketika mereka berhasil membuat kerajinan tangan yang unik dan menarik. Dorongan dan semangat mereka untuk belajar akan meningkat sebagai hasil langsung dari rasa pencapaian ini.

Penulis: Irwan Maulana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun