Mohon tunggu...
Vinofiyo
Vinofiyo Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh negara

Pria

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mungkin 10 Tahun Lagi Tak Ada PNS

11 Oktober 2020   20:52 Diperbarui: 11 Oktober 2020   21:01 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau tidak mau terpaksa juga uangnya masuk kantong karena sayang rasanya dikembalikan pada negara. Tak hanya peserta rapat yang rugi loh pak. Para PNS yang selama ini jadi panitia juga ikut rugi karena tak lagi memperoleh fee atau potongan harga kamar maupun ruangan dari pihak hotel. 

Belum lagi keuntungan dari mark up alat tulis atau paling tidak mark up foto copy, yang sekarang tak perlu lagi karena bahan rapat dikirimnya melalui file. Siapa yang harus mengganti kerugian ini ?

Hilangnya profesi tertentu termasuk PNS sebenarnya adalah sebuah keniscayaan seiring perkembangan teknologi. Tanpa adanya faktor pandemi, dimasa yang akan datang, mungkin saja hanya hanya dalam hitungan tahun hal ini akan terjadi karena cepatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Yuval Noah Harari dalam buku Homo Deus telah menjelaskan bagaimana kemajuan teknologi dimasa depan akan menggantikan peran mamusia. Jadi secara ide, apa yang dikemukakan Pak Bima bukan hal baru, sehingga para PNS bahkan juga Presiden dan menteri-menterinya tak perlu terkaget-kaget.

Jusuf Kalla, sewaktu masih menjadi Wakil Presiden pernah mengatakan kalau ingin negara maju maka yang harus diperbanyak adalah jumlah pengusaha dan bukan jumlah PNS. 

Bayangkan saja, seperempat anggaran APBN habis hanya untuk membayar gaji dan tunjangan birokrat. Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah menemukan daerah yang anggaran APBD diperuntukkan untuk belanja pegawai sebesar tujuh puluh persen. Apa nggak edan itu namanya ?. 

Kapan negara mau maju kalau belanja pemerintah kebanyakan habis buat gaji birokrat. Seolah-olah anggaran negara yang susah payah disediakan jika perlu dari ngutang justru hanya menyisihkan porsi kecil untuk belanja modal. Belum lagi kelakuan korup sejumlah PNS yang lupa kalau dirinya adalah pelayan masyarakat dan menganggap kantornya adalah perusahaan pribadi warisan turun temurun. 

Pandemi adalah musibah namun dibalik musibah tentu ada hikmahnya. Karena ada wabah justru kita tahu ternyata tak perlu menumpuk PNS sebanyak-banyaknya. Karena itu mulai sekarang, terutama buat yang masih kuliah, berhentilah berharap jadi PNS. Mari jadi pengusaha yang bisa menciptakan lapangan kerja dan membawa kemajuan pada negara seperti kata Pak Jeka.

Btw, apa sih profesi saya kok setuju-setuju wae sama Pak Bima ? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun