Mohon tunggu...
IRVINA RAHIMATULLAH SOFIAN
IRVINA RAHIMATULLAH SOFIAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

nyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Contoh Pasar Persaingan Sempurna yang Semakin Sepi, Apa Penyebabnya?

27 Oktober 2023   12:04 Diperbarui: 27 Oktober 2023   12:54 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar Tanah Abang merupakan salah satu pusat pasar grosir kain dan produk tekstil (TPT). Tak hanya mengantarkan barang ke seluruh pelosok Indonesia, pasar ini juga disebut-sebut sebagai pusat perbelanjaan terbesar di Asia Tenggara.

Tapi apa yang terjadi dengan pasar yang banyak tokonya tutup ini? Apa penyebab sebenarnya? Jadi bagaimana kita bisa menghidupkan kembali pasar ini?

Laporan CNBC Indonesia Pantauan Media di Tanah Abang Jakarta Pusat pada Selasa 19 September 2023, kondisi pasar semakin sepi, pembeli dan penjual semakin dekat. Meski masih banyak pengunjung di sini yang ingin berbelanja, namun keramaiannya jauh lebih sepi dibandingkan Pasar Tanah Abang biasanya.

Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenKopUKM), menjelaskan alasan sepinya jual beli di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ia mengatakan sepinya pembeli di Pasar Tanah Abang disebabkan tren yang terlihat di berbagai platform belanja online. Di sisi lain, e-commerce dan pasar saat ini didominasi oleh produk luar negeri

Selain itu, produk luar negeri asal China yang dijual melalui e-commerce lebih murah dibandingkan produk lokal. Hal ini justru semakin melemahkan daya saing produk lokal dari usaha kecil dan menengah.

"Banyak perusahaan kecil dan menengah yang mengeluh di media sosial bahwa mereka tidak dapat lagi bersaing dengan produk Tiongkok yang dijual dengan harga yang tidak masuk akal." "Ini bukan lagi soal dumping, tapi predatory pricing," tegasnya.

Menteri Teten kemudian mengimbau masyarakat untuk lebih mencintai produk-produk yang dihasilkan UMKM lokal agar bisa terus tumbuh dan berkembang. Ia ingin masyarakat Indonesia bisa meniru masyarakat Jepang yang meyakini filosofi bahwa membeli produk lokal adalah salah satu cara untuk membantu negaranya menjadi bangsa yang besar.

"Jika empat UMKM bisa menggunakan setengah produk lokal, kita bisa meraih nilai ekonomi tinggi sekitar Rp 150 triliun," ujarnya.

Selain itu, masyarakat diimbau segera memperketat regulasi guna merebut pasar e-commerce yang didominasi produk impor. Menurutnya, pengaturan perekonomian sangat mendesak. "Perlu semangat bersama, semangat seluruh masyarakat Indonesia untuk mencintai produk dalam negeri. Karena kualitas produk dalam negeri mampu bersaing dengan produk luar negeri," ujarnya.


Artikel Ini dibikin guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro

Dosen Pengampu : Puput Iswansyah Raysharie, SE.,ME

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun