[caption id="attachment_287685" align="aligncenter" width="500" caption="CETAR MEMBAHANA! "][/caption]
Sejujurnya saya baru benar-benar mengenali Kompasiana sejak setahun lalu. Entah mengapa hati saya langsung kepincut dan bertekad untuk membuat akun di media blogging sosial ini. Namun kendalanya, saya masih merasa belum memiliki ilmu menulis yang memumpuni. Karena sering saya melihat artikel-artikel keren yang setiap hari terpajang di Kompasiana. Kalimat demi kalimat terurai dengan indah. Sedangkan tulisan saya masih dikatakan sangat pemula.
Dengan semangat yang tinggi, saya mencoba memberanikan diri untuk belajar menulis secara baik dan benar di Kompasiana. Karena pada akhirnya, saya tahu kalau saya harus menulis dengan bahasa ibu pertiwi ini. Inilah salah satu cara saya untuk bisa membuktikan kalau saya cinta Indonesia. Tidak muluk-muluk, dengan mau belajar berbahasa Indonesia, kita pun sebenarnya turut melestarikan budaya bangsa ini. Ingat, bahasa adalah bagian dari budaya.
Baiklah, pada akhirnya saya menjadi seorang Kompasianer dan bertekad untuk belajar menulis lebih dalam lagi.
[caption id="attachment_287690" align="aligncenter" width="298" caption="Salah satu pengikut akun Twitter saya yang tiba-tiba bertanya"]
Saya sebenarnya juga ingin menunjukkan kepada kawan-kawan lain kalau saya bisa menulis agak serius. Tolong, walau saya agak kacrut, saya juga pribadi yang sangat serius. Keinginan saya untuk belajar menulis ala seorang jurnalis pun sangat tinggi. Maklum, cita-cita saya sebenarnya ingin menjadi seorang jurnalis walau sampai sekarang belum tercapai. Sambil menunggu waktu saya lalu mencoba untuk belajar menulis di Kompasiana, tempat yang saya yakini dihuni oleh para jurnalis. Saya ingin belajar dengan mereka. Saya ingin berkenalan, berbagi, dan berteman selamanya dengan mereka.
Kegiatan menulis blog telah saya tekuni sejak awal tahun 2010. Pada awalnya hanya sebatas untuk menceritakan kegalauan hati pasca putus dengan mantan pacar. Gaya berceritanya agak geli juga, karena saya waktu itu masih menggunakan bahasa alay. Duh!
Saya membuat blog di http://kancut-beringas.blogspot.com yang kini sudah lumayan banyak yang mengenalinya. Lambat laun blog tersebut membuat personal branding saya terbentuk. Di dunia maya saya dikenal sebagai sosok perempuan yang ceplas-ceplos, frontal, namun lucu. Entah mengapa banyak yang bilang kalau saya lucu. Mungkin karena di blog Kancut Beringas itu saya menggunakan gaya bahasa ala orang Betawi. Bahasa ini memang dikenal sebagai bahasa yang lucu. Entah mengapa.
Karakteristik saya di blog Kancut Beringas yang telah dilabeli oleh teman-teman sebenarnya membuat saya serba salah. Kini saya harus berpikir ulang jika harus menulis blog dengan bahasa formal dan tema yang agak berat (terkadang dua hal ini menjadi keinginan saya dalam mengaktualisasikan diri). Maklum saja karena mayoritas pembaca blog Kancut Beringas adalah para remaja SMP dan SMA. Selera pasar dan ideologi pribadi pun terbentur. Hingga saya terpikirkan untuk menulis di Kompasiana saja kalau ingin berbagi tulisan yang memang bukan selera para remaja. Misalnya ketika saya ingin berbicara tentang politik, bersajak ria, dan sebagainya.
Tidak hanya itu, menulis di Kompasiana berarti akan membuat diri saya telah seimbang. Di satu sisi, di blog Kancut Beringas itu, saya bolehlah dikatakan gila. Namun di sisi lain, di blog Kompasiana ini, pembaca bisa melihat sosok pribadi saya yang lain, sebagai seorang perempuan dewasa dan waras. Maka dari itu, kalau nanti ada orang yang menyangka saya gila, saya akan menunjukkan kalau saya juga waras. Tinggal pameri saja akun Kompasiana saya ini.
Menjadi bagian dari Kompasiana berarti harus menjalin komunikasi antara sesama Kompasianer. Saya melihat banyak Kompasianer yang lebih dewasa dari saya telah menjadi seseorang yang profesional di dalam bidangnya masing-masing. Pengalaman dan ilmu mereka pun saya akui harus diacungi jempol. Tulisan mereka membuat saya semakin tergerak untuk bisa menjadi penulis blog berkredibilitas tinggi. Untuk itu, sebagai Kompasianer junior, saya berupaya untuk mengenal mereka. Keinginan saya untuk memperluas relasi dengan Kompasianer senior amat tekad. Maukah om dan tante berteman dan membimbingku? (mohon baca kalimat tadi dengan nada bicara anak manja).
Saya mencintai blog Kancut Beringas. Karena blog itu telah membuat saya belajar mengenai karakter komentator blogger muda, tulisan yang disukai remaja, teknik SEO, mendapatkan jutaan uang dari hasil iklan atau kontes blog, dan sedikit popularitas. Bahkan dari blog tersebut saya kemudian membuat komunitas blogger kreatif bernama Kancut Keblenger. Di sini saya mendapatkan banyak teman blogger dari Sabang sampai Merauke bahkan kini telah berhasil menerbitkan sebuah buku. Namun, tetaplah mengapa saya masih merasa kurang. Dan di sinilah, setelah bergabung dengan Kompasiana, kini saya telah merasa cetar membahana badai halilintar sejagat raya. Hidup saya sudah terasa sesuatu banget. Halah.
[caption id="attachment_287683" align="aligncenter" width="450" caption="Bisa mejeng di Dahsyat sebagai bintang tamu gara-gara ngeblog"]
Mungkin tulisan ini terlalu berlebihan. Namun begitulah faktanya. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H