Namun sistem barter ini memiliki kendala, yaitu standar nilai yang sulit diukur, apalagi bila menjembatani transaksi barang dengan jasa. ('biaya reparasi rumah wajarnya ditukar dengan berapa ekor ayam?' adalah satu dari sekian banyak pertanyaan yang muncul pada saat itu)
Untuk mempermudah transaksi, maka pada sekitar abad ke 7 di Cina, uang kertas, atau nota bank mulai digunakan.
Nota bank ini mewakili setiap emas atau perak yang di setor ke bank tersebut.
Warga menyetor logam mulia yang mereka miliki, bank memberikan nota kertas sebagai penggantinya.
Hingga abad ke 20, hampir semua negara telah mengadopsi The Gold Standard ini, di mana setiap uang yang beredar di suatu negara di wakili emas atau perak yang disimpan di Bank Sentral negara tersebut.
Setelah perang dunia ke 2, hampir setiap negara menyandingkan mata uang mereka masing-masing dengan Dolar Amerika Serikat, Negara Adidaya pada zaman itu.
Setiap Dolar AS yang dicetak mewakili simpanan emas yang setara di Federal Reserve AS.
Namun pada tahun 1973, dengan jumlah uang Dolar yang dicetak untuk berputar di perekonomian dunia lebih banyak dari simpanan emas di Federal Reserve, Presiden AS saat itu, Richard Nixon memulai sistem Fiat yang membebaskan Bank Sentral mencetak uang kertas untuk perputaran ekonominya, tanpa harus mencocokkan jumlah emas yang mereka stok.
Lalu standar ini diikuti negara-negara lain.