Mohon tunggu...
Irvan Maulana
Irvan Maulana Mohon Tunggu... -

Biasa di panggil Ivan. Seorang Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Program Studi Ilmu Komunikasi tahun 2014

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Becak Kayuh Pak Kardiono

30 Oktober 2014   20:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:08 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Becak kayuh adalah sebuah alat jasa transportasi beroda tiga yang berasal dari sebuah sepeda kemudian di modifikasi agar dapat di tumpangi oleh orang lain. Becak kayuh memanfaatkan tenaga manusia agar dapat bergerak. Becak umumnya dapat di tumpangi oleh 2 orang dewasa dan seorang pengemudi yang berada di belakang penumpangnya.

1414649532158425528
1414649532158425528

Pak Kardiono adalah seorang tukang becak kayuh yang telah menjalankan profesinya sejak tahun 1974 hingga sekarang. Lelaki asal Kota Semarang ini mengaku memulai pekerjaannya karena disuruh oleh orang tuanya untuk bekerja. Saat itu ia bingung untuk bekerja dimana dan apa pekerjaan yang akan ia kerjakan karena tidak mengenyam pendidikan. Akhirnya ia memilih menjadi tukang becak kayuh di daerah Malioboro, Yogyakarta karena tidak ada pilihan pekerjaan lain selain menjadi tukang becak seperti saat ini.

Awal mula ia merintis pekerjaan sebagai tukang becak, ia hanya menyewa sebuah becak milik orang lain. Jarak dari rumah Pak Kardiono menuju Malioboro tempat biasanya ia mangkal sejauh 20 kilometer menggunakan sepeda miliknya. Tempo dulu, pukul 04.00 WIB ia sudah bersiap-siap dan tepat pukul 05.00 WIB ia berangkat menuju Malioboro dan pulang pada pukul 15.00 WIB. Menurut pengakuannya, dalam sehari ia bisa mendapatkan uang lebih dari cukup untuk kehidupan sehari-hari. 5 tahun ia menjalani profesinya, ia berhasil memiliki becak pribadi seharga Rp 2.000,- pada tahun 1984 dengan cara kredit selama 22 bulan. Kemudian ia juga telah berhasil membangun sebuah rumah yang layak untuk ditempati oleh keluarganya dan membeli seekor hewan ternak yang bisa ia gunakan untuk keadaan mendesak.

Pak Kardiono memiliki seorang istri dan 4 orang anak. Meski hanya seorang tukang becak kayuh, ke empat orang anaknya berhasil menikmati bangku pendidikan. Menurutnya, walaupun ia hanya seorang tukang becak kayuh, tetapi anaknya harus lebih berhasil daripada dirinya agar anaknya tidak merasakan nasib yang sama seperti dirinya. Terbukti saat ini keempat anaknya telah bekerja di pabrik-pabrik yang lumayan besar di Indonesia.

Saat ditanyakan mengapa ia tidak beralih dari becak kayuh menjadi becak motor (18/10). Ia dengan tegas menjawab bahwa becak motor itu itu tidak aman dan merugikan orang lain. Selain karena polusi yang dihasilkan juga melanggar 2 pasal yang telah ditetapkan. Pengguna becak motor juga mengendarai becaknya ugal-ugalan dan membahayakan orang lain. Menurutnya selain dua hal tadi, becak motor juga telah menghilangkan kesan “Istimewa” di Kota Yogyakarta. Pada suatu ketika ia pernah mengikuti sosialisasi dari Dinas Perhubungan yang ditujukan kepada seluruh tukang becak kayuh yang ada di Kota Yogyakarta. Dinas Perhubungan meminta agar seluruh tukang becak kayuh tidak merubah becaknya menjadi becak motor dan tetap melestarikan becak kayuh yang ada di Kota Yogyakarta. Pak Kardiono juga berpendapat bahwa selama ia masih memiliki tenaga untuk mengayuh becaknya, untuk apa beralih ke becak motor yang memiliki banyak resiko dan merugikan orang lain?

Namun seiring dengan kemajuan teknologi saat ini, keberadaan tukang becak kayuh seperti Pak Kardiono semakin tersingkirkan. Masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan umum yang dapat mempermudah urusan mereka. Dengan keadaan seperti ini, Pak Kardiono mengaku bahwa pendapatannya semakin menurun tidak seperti beberapa puluh tahun yang lalu saat ia pertama kali menjadi tukang becak kayuh. “Kalau sekarang, sampai jam 10 siang juga belum dapat penumpang Mas. Dulu itu asalkan kita rajin dari pagi narik becak, jam 3 sore pulang udah bawa hasil banyak”, ucap Pak Kardiono.

Meskipun demikian, Pak Kardiono tetap bersyukur atas hasil yang telah ia dapatkan dari hasil kerja kerasnya selama ini. Hasil yang ia dapatkan dari kerja kerasnya selama ini bisa ia nikmati bersama keluarganya yang berarti kerja kerasnya selama ini tidak sia-sia. Satu keinginan terakhir Pak Kardiono ialah memiliki seekor hewan ternak lagi agar dapat ia kembang biakkan dengan hewan ternak yang ia miliki sekarang. Hewan ternak tersebut juga sebagai investasi agar jika suatu saat ia sudah tidak mampu untuk mengayuh becaknya ia tetap dapat menghidupi keluarganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun